Senin, 03 Oktober 2011

Thank You, My Private Teacher

Seorang gadis menatap lurus kedepan dengan pandangan nanar. Entah sudah berapa lama ia duduk diatas bangku itu. Cahaya senja dengan perlahan mulai menyeruak masuk ke dalam ruang persegi empat itu dari balik jendela. Cukup lama gadis itu sesenggukan sendirian, menangisi sesuatu yang terpampang di papan tulis .

Sesaat ia mulai lelah menangis dan menatap hal yang sama di papan tulis. Ia menelangkupkan kepalanya diatas meja. Merasa sangat frustasi, walau apapun yang ia perbuat tak akan mampu merubah apapun. Semuanya sudah terlanjur terjadi.
❀◕
“Sora sayang, cepatlah bangun! Ini sudah jam enam.” Teriak seorang wanita keibuan sambil mengetok pintu, “Buka pintunya! Nanti kamu telat lagi kesekolah, Sora…”
“Nggak ah mom, males!” sahut suara dari balik pintu.
“Sora, tidak ada malas-malasan! Cepat mandi lalu sarapan!” perintah wanita yang ternyata adalah ibu Sora itu dengan tegas.
“Sora!” setelah tak mendapat respon sesuai harapan, wanita itu tak henti-hentinya mengetok pintu bahkan sesekali menggedornya dengan keras lumayan membuat kebisingan pagi itu.
Aih, mom.” seorang gadis dengan penampilan berantakan—rambut acak- acakan, bahkan ada air liur yang sedikit mengering disudut bibirnya— keluar dengan memakai pajama biru komplit dengan sandal rumahan berbentuk sapi. “Ngapain gedor-gedor pintu?” pertanyaan retoris terlontar begitu saja dari mulutnya setelah sempat menguap lebar.
“Astaga!” wanita itu geleng-geleng kepala seraya menutup mulutnya dengan telapak tangan agar tidak menganga lebar, “Sora kenapa kamu berantakan sekali? Cepet sana mandi!”
“Sora nggak mau sekolah mom! Hari ini mau di rumah aja.” Ucap Sora sambil mengacak-acak rambutnya yang sudah acak-acakan hingga membuatnya terkesan makin berantakan.
“Apa? Enggak!” pekik ibu Sora, “Kamu harus sekolah! Apapun yang terjadi kamu harus tetap sekolah!” ia langsung menarik lengan Sora ke arah anak tangga.
Sementara ibu Sora menyeret menariknya dengan pasti menuju kamar mandi di lantai bawah, Sora hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dengan malas. “Hari ini ada remidi matematika mom, Sora males.”
“Apa?” pekik ibu Sora untuk kedua kalinya. “Kamu ikut remidi? Lagi?” ia menghentikan aksinya menarik Sora ke kamar mandi.
“Kenapa kaget mom? ‘kan dari SD Sora emang lemah banget dalam pelajaran yang satu itu.” Ucap Sora sambil mengucek-ucek matanya dengan tampang tanpa dosa.
“Ini sudah nggak bisa di diamkan lebih lama, kamu harus les!” ujar ibu Sora dengan mantab.
“Appa?!” kali ini giliran Sora yang memekik lumayan kencang. “LES?? Enggaaaaaak!!”
❀◕
“Sora, sini deh bentar!” bujuk ibu Sora begitu melihat sosok anakknya yang baru sampai dari sekolah.
“Apa mom?” Tanya Sora dengan muka masam sehabis disiksa selama 7 jam di tempat bernama sekolah.
“Bagaimana ulangan remidianmu? Lancar?” ibu Sora menarik tangan putrinya untuk duduk disebelahnya.
“Yah, kalau tempo hari saat aku ulangan mendapat nilai 42 dapat dikategorikan kedalam lancar, maka hari ini tentunya selancar kemarin.” Jawab Sora dengan menggembungkan pipinya dan memanyunkan bibirnya beberapa senti lebih kedepan.
“Sudahlah sayang, tidak usah cemberut lagi!” ucap ibu Sora seraya mengelus kepala putrinya penuh sayang. “Semuanya akan segera teratasi oleh… eh, kau belum tahu kalo kita ada tamu ya? Ayo mom kenalin.”
“Tamu?” belum sempat Sora bertanya mengenai masalah yang akan teratasi, ia sudah ditarik ibunya ke geladak yang menghadap langsung ke danau di belakang rumah.
Seorang pria nampak berdiri disana, menatap keindahan danau dan pepohonan yang mengelilingi danau itu, menguatkan kesan rindang pada mansion megah nan luas yang dihuni oleh keluarga Sora. Tak heran mereka memiliki tanah yang luasnya berhektar-hektar menyerupai istana kepresidenan atau bahkan lapangan golf ternama sekalipun. Ayah Sora adalah seorang diplomat di Negara adikuasa Amerika Serikat.
Sora merasa bahwa pria itu ternyata sangat tinggi begitu ia semakin mendekat ke posisi pria itu berdiri. Namun, Sora tak bisa melihat bagaimana rupa orang itu karena ia berdiri membelakangi Sora.
Kyuhyun this is my daughter, Sora. Sora, ini Kyuhyun putra dari bibi Cho kamu ingat?” ucap ibu Sora.
Sedetik kemudian pria brnama Kyuhyun itu membalikkan badan dan menampakkan wajahnya, jadi sekarang Sora bisa melihat bagaimana rupa orang itu. “Astaga ya Tuhan, jenis spesies apa yang Engkau ciptakan setampan ini?” pikir Sora dalam kepalanya yang berkapasitas minimum seperti gajah.
Annyeonghaseiyo, jeireumun Cho Kyuhyun imnida.” Kyuhyun membungkukkan badannya 30 derajat, ia baru saja memperkenalkan dirinya pada Sora menggunakan bahasa korea.
“Apa katanya?” tentu saja Sora sama sekali tak mengeti apa yang baru saja dikatakan Kyuhyun.
“Dia bilang ‘hallo, namaku Cho Kyuhyun’ ayahnya bekerja sebagai Korean ambassador untuk Indonesia, dulu kalian sering main bersama waktu kecil.” Terang ibu Sora panjang lebar, “yah, walaupun usia kalian terpaut 6 tahun, cukup jauh memang. Kyuhyun dulu masih sangat lucu tapi sekarang ia sudah tumbuh dewasa bukan begitu? Tidakkah menurutmu ia tampan?”
“Oh hi!” Sora mengangkat tangannya sejajar telinga dengan canggung.
Tapi Kyuhyun malah mengulurkan tangannya. “Aku masih ingat saat kau ngompol dicelana haha kau dulu menggemaskan sekali tukang ngompol.” Kata Kyuhyun dengan Bahasa Indonesia yang terbilang fasih.
Sementara itu Sora masih mengangkat tangannya, ditambah mulutnya yang menganga lebar setelah mengetahui bahwa Kyuhyun ternyata bisa berbahasa Indonesia. Dan yang lebih membuatnya kaget adalah ternyata Kyuhyun itu temannya semasa kecil yang selalu mengejeknya sebagai ‘tukang ngompol’.
“Apa-apaan itu?” Ibu Sora gemas melihat tingkah putrinya, “cepat jabat tangannya!” perintahnya.
Dengan terpaksa Sora melakukan sesuai perintah ibunya, walau bagaimana pun ia adalah anak yang penurut. “Senang bertemu denganmu lagi tiang listrik, ini sudah 9 tahun bukan?”
Ada yang aneh disana, Sora bukannya menjabat tangan Kyuhyun melainkan meremasnya dengan sekuat tenaga, hal itu tak urung membuat Kyuhyun sedikit merenges kesakitan, ”ah..a..aiya, iya benar ini sudah 9 tahun.”
Melihat gelagat Kyuhyun yang sedikit aneh ibu Sora pun bertanya, “Ada apa Kyuhyun? Apa ada sesuatu hingga kau meringis seperti itu?”
“Ah aku…”
“Percayalah padaku ia tak apa-apa mom!” sela Sora sebelum Kyuhyun bisa menjawab pertanyaan ibunya, “ia hanya ingin memamerkan giginya yang sudah tumbuh dan tidak berlubang seperti dulu lagi, bukan begitu Kyuhyun?” Sora melontarkan senyumnya yang termanis, namun entah mengapa lebih terkesan seperti seringai licik di mata Kyuhyun.
“Iy..iyya.. benar. Gwenchanhayo ahjumma. Anda tak perlu khawatir!” Kyuhyun mengiyakan perkataan Sora. “Sekarang bisakah kau lepaskan tanganku, tukang ngompol? Aku tahu kau rindu padaku tapi kepalaku terasa gatal aku harus segera menggaruknya.”
“Oh tentu.” Sora melepaskan cengkraman jabatan tangannya dengan berat hati, “Dan aku rasa kau harus segera keramas agar ketombemu hilang, tiang listrik.” Ujar Sora dengan nada sarkatis.
“Pastikan kau punya shampoo nomor 1 dari Paris.” Kyuhyun mengelus-elus tangannya yang memerah akibat jabatan Sora.
“Oh, baiklah aku rasa mulai dari besok Kyuhyun bisa mengajarimu hal-hal yang tidak kau kuasai, Sora.” Ibu Sora menepuk pundak putrinya pelan, “Kyuhyun lebih baik kau istirahat sekarang! Kau pasti lelah karena perjalanan Korea-Indonesia, apa kau kena jetlag? Ada sesuatu yang kau butuhkan sekarang?”
“Tunggu dulu apa itu maksudnya ‘mulai dari besok Kyuhyun bisa mengajarimu hal-hal yang tidak kau kuasai’?” sela Sora tak mengerti dengan maksud perkataan ibunya.
“Selama Kyuhyun menghabiskan masa liburan kuliahnya di Indonesia dan tinggal di rumah kita, ia akan menjadi guru private-mu, Sora.” Jawab ibu Sora yang sukses membuat Sora seolah tersambar petir di siang hari.
“Appaaa?? Yang benar saja?! Tidaaaak!”
❀◕
“Jadi nilaimu yang paling buruk adalah matematika, kalau begitu kita mulai dengan mengasah kemampuan berhitungmu terlebih dahulu.” Putus Kyuhyun setelah membolak-balik lembar demi lembar report atas nama ‘Sora Choirunnisa’ itu.
Tak ada respon apapun dari Sora kecuali tatapan tajam yang selalu ia tujukan pada Kyuhyun sejak kemarin siang.
“Kenapa kau menatapku seperti itu?” Tanya Kyuhyun mulai tak nyaman dengan pandangan Sora.
“Bisa kita mulai saja pelajarannya Pak guru? Aku tak sabar.” Ujar Sora dengan penuh percaya diri.
“Baiklah, bab ketiga adalah Quadratic Equations and Function. Buka halaman 69!” perintah Kyuhyun setelah membaca halaman daftar isi pada buku kompilasi matematika untuk murid internasional kelas 10 Sekolah Menengah Atas kepunyaan Sora.
“Contoh pertanyaannya, Determine the coordinates of the vertex of y =2x2-8x =1! kita dapat menarik kesimpulan bahwa a =2, b = -8, c =1 jadi, = = 2 jadi sumbu simetrinya adalah x=2.“ Kyuhyun mengambil rautan pensil kemudian memasukkan pensil 2B biru Sora ke lubang kecil di sisi rautan itu.
“Setelah kita tahu berapa besarnya x maka kita bisa mencari besarnya y, jadi y=2(2)2 – 8(2) + 1 = -7 lalu jawabannya ketemu, the vertex has coordinates (2,-7) kau paham?”
“Tentu saja tidak! Bisa tidak kau gunakan bahasa yang mudah dipahami? Tulisan inggris di buku ini saja sudah membuatku mual, tolong jangan membuat ini jadi makin sulit, bisa?” Sora sudah terlihat begitu pusing padahal belum ada 5 menit ia melihat rentetan soal matematika berbahasa inggris itu.
“Jangan salahkan aku jika bukumu ini berisi bahasa inggris semua. Apa kau kira aku juga tak pusing melihatnya?” Bela Kyuhyun.
“Kita ganti mata pelajaran saja!” usul Sora nyaris frustasi.
“Tidak! Kau lemah dalam matematika, kita lanjutkan.. ah, mungkin sebaiknya kita mulai dari logaritma saja yang lebih mudah.” Kyuhyun kembali membuka halaman daftar isi.
“Mudah? Kau gila?” Tanya Sora skeptic.
“Hey aku ini lebih tua 6 tahun, kenapa kau itu tidak sopan sekali mngataiku gila?” Kyuhyun nyaris saja melempar penggaris di depannya kearah Sora.
“Habisnya bagaimana bisa logarithm dibilang mudah? Bagiku, soal pemfaktoran saja yang aku dapatkan sewaktu SD sudah masuk dalam kategori sangat susah, apalagi logaritma.” Sora melakukan kebiasaannya ketika kesal, memanyunkan bibir beberapa senti kedepan.
Kyuhyun sama sekali tak habis akal untuk mengajari Sora sampai ia betul-betul mahir dalam matematika. “Akan aku tunjukkan bahwa sebenarnya matematika itu tidaklah rumit, kau hanya butuh untuk teliti saja ketika mengerjakan. Sekarang kerjakan semua soal pada halaman 13 sampai 15, dalam 60 menit kau sudah harus bisa menyelesaikan semuanya tanpa terkecuali.”
“Apa? Kau sudah benar-benar tidak waras ya? Mana mungkin aku mampu mengerjakan semuanya dalam sejam?” Sora menjambak rambutnya sendiri dengan gemas.
“Protes, dikurangi 15 menit.” Jawab Kyuhyun seirit mungkin.
“Apppaa??”
“Berteriak, dikurangi 10 menit.” Tambah Kyuhyun.
“Arrrgggghhhhhh….” Sora segera melakukan perintah Kyuhyun tanpa memprotes lagi, menilik waktu yang ia punya semakin mepet. “Ini.. yang nomor 6 bagaimana caranya?”
“Masak tidak tahu? Pakai rumus n log A = log An yang tertera di bawah sendiri itu.“ Kyuhyun mengamati setiap gerak-gerik Sora, memastikan bahwa ia mengerjakan semuanya dengan benar. “Kerjakan yang teliti!”
“Aku masih bigung. Kenapa tidak gunakan rumus yang satunya?” Sora memperlihatkan selembar kertas dengan beberapa rumus logaritma tertera di atasnya.
“Aih, masak kau tidak paham? Padahal ini sangat mudah!”
“Sudah, jawab saja pertanyaanku! Jangan memperdebatkan masalah kemampuanku dalam memahami masalah! Kau tinggal jawab saja kenapa, gampang ‘kan?” Tukas Sora dengan sengit.
“Baiklah baik, jadi hal pertama yang harus kau pahami adalah ‘jenis jawaban apa yang diminta oleh suatu pertanyaan?’ maka setelah itu kau akan dengan mudah menentukan rumus mana yang seharusnya kau gunakan untuk menemukan jawaban yang tepat. Jadi, kalau kau menemui soal seperti ini maka kau harus menggunakan rumus yang ini. Mengerti tidak?” jelas Kyuhyun panjang lebar.
“Hmnn…”
“Kalau ada yang tidak mengerti tanyakan saja padaku.” Tawar Kyuhyun.
“Diam! Aku butuh konsentrasi.” Kata Sora tanpa beralih dari kumpulan soal matematika di hadapannya.
Beberapa menit pun berlalu…
“Berapa waktu yang tersisa?” Tanya Sora memastikan waktu yang ia punya.
“Masih ada sekitar 15 menit lagi.” Jawab Kyuhyun sambil membolak-balik kamus tebal bahasa inggris milik Sora.
“Benarkah?” Keringat yang membasahi tengkuk dan dahi Sora makin bertambah 0,8 % tiap detiknya. “Kenapa aku merasa sepertinya waktu cepat sekali berlalu?”
“Rileks saja! Jangan biarkan waktu mengaturmu, tapi kau yang mengaturnya! Jangan biarkan kau tergantung pada waktu, tapi biarkan waktu tergantung padamu!
Sora mendengarkan saran Kyuhyun dengan baik, ia mampu mengendalikan dirinya agar tenang sehingga ia bisa berpikir jernih ketika mengerjakan soal-soal yang tersisa dengan waktu 15 menit.
“Kalau sudah selesai, ini sudah kubuatkan 30 soal menggunakan Bahasa Indonesia, aku pikir ini akan memudahkanmu dalam mempelajari matematika. Aku saja yang juara olimpiade matematika tidak begitu mengerti dengan bahasa inggris, apalagi kau?” ucap Kyuhyun dngan penuh kebanggaan.
Sora seakan tak mau kalah dengan ucapan Kyuhyun barusan, “Jangan salah! Nilai bahasa inggrisku jauh lebih bagus dibandingkan matematika. Aku juga pernah menyambar juara ke-3 dalam olimpiade bahsa inggris tingkat Sekolah Menenngah Pertama.”
“Oh baguslah, jadi cepat kerjakan semuanya dengan benar dan teliti lalu kita makan, aku sangat lapar.” Kyuhyun mengangsurkan beberapa lembar kertas dengan barisan soal-soal diatasnya kepada Sora.
“Bersiaplah starving kalau begitu, karena aku akan lama mengerjakan soal-soal ini.” Kata Sora memperingatkan.
“Kalau begitu kau harus bisa mengerjakannya dalam 30 menit. Satu soal harus kurang dari 1 menit.” Kyuhyun mengulas evil smile andalannya. Ia mulai menikmati pekerjaan barunya menyiksa mengajari Sora.
“Appaaa? Kau gila!”
“Kurangi 10 menit!” ujar Kyuhyun dengan enteng. “Sekali lagi kau protes maka malam ini kau tak akan tidur dan harus mengerjakan semua soal trigonometri sampai benar, tukang ngompol.” Timpal Kyuhyun.
“Heeeeeyy!” teriak Sora kesal kemudian melemparkan kotak pensilnya kearah kepala Kyuhyun. Sialnya, tembakan itu meleset dan malah mengenai ibunya yang membawa nampan penuh berisi camilan. “Soraaaaaa… numplek ‘kan makanannya!”
“Mampus lo Ra. Sorry mom, salah Kyuhyun tuh!” Sora menunjuk muka Kyuhyun dengan tangannya.
“Hey, satu-satunya orang yang melemparnya adalah kau bukan aku.” Kyuhyun mengajukan pembelaan terhadap tuduhan palsu Sora.
“Sora, jangan harap kamu akan mendapat jatah snack selama seminggu.” Tukas ibu Sora setengah geram namun tegas.
“Sepetinya aku tak akan starving sendirian.” Kata Kyuhyun sesaat sebelum ber-teleportasi kedapur.
“Kyuhyun mau kemana kau? Ajari aku dulu!” kali ini Sora melemparkan buku matematika tebalnya kearah Kyuhyun, namun sialnya buku itu meleset lebih jauh dari lemparan sebelumnya.
“Soraaaaa… vas bunga mommy pecah ‘kan!” teriak ibu Sora murka.
Sorry mom!” Sora segera mengambil langkah seribu menuju dapur, mengejar Kyuhyun yang mungkin sudah ada di sana sebelum terkena amukan dari ibunya.
❀◕
Uhuk…ukhuk..” Sora tersedak ketika sedang menyantap makan malamnya.
Kyuhyun menyodorkan segelas air putih pada Sora, “Hey, kau tidak apa-apa?”
“Aku baik-baik saja, tak baik minum di tengah makan.” Tolak Sora mentah-mentah dengan mulut penuh berisi makanan.
“Ha?”
Mom bilang itu akan membuat lambungmu jadi dingin dan hal itu tidak baik untuk pencernaanmu.” Terang Sora setelah berhasil menelan semua makanan dalam mulutnya.
“Oh, benarkah? Ia mendidikmu dengan baik rupanya.” Kyuhyun menyisihkan beberapa brokoli dan paprika di sisi piring makannya.
“Hey, jangan pilih-pilih makanan!” Sora menyentak tangan Kyuhyun dengan sendok yang di pegangnya, untung saat ini Sora tidak sedang memegang pisau, ia bisa saja mengubah tangan Kyuhyun menjadi beberapa potong daging gelondongan dalam sekejab mata.
Kyuhyun bahkan tak bisa membayangkan apabila gadis dengan temper buruk seperti Sora terus dibiarkan berkeliaran di muka bumi ini, pasti dunia akan segera menemui ajalnya cepat atau lambat.
“Kau benar-benar mau melihat tanganku rusak ya?” Kyuhyun mengacungkan garpu ke udara tinggi-tinggi.
“Jangan kekanak-kanakan!” kata-kata Sora sukses membuat Kyuhyun seolah diangkat tinggi-tinggi ke angkasa kemudian dihempaskan ke bumi dengan sekuat tenaga. Entahlah bagaimana rasanya, pastinya menyakitkan. “Apa katamu?”
“Pilih-pilih makanan itu bukan hal yang baik. Aku tidak bisa menolerir siapa pun orang yang bertindak  sepertimu barusan.” Untuk pertama kalinya Kyuhyun benar-benar mendengarkan apa yang sedang Sora katakan.
“Kau bukan anak kecil, bukan juga omnivore yang tidak bisa makan sayuran. Kau itu sudah 23 tahun, berikanlah contoh yang baik pada orang yang lebih muda! Apakah menurutmu makanan itu bisa ada sendiri tanpa adanya proses? Apa kau kira membuat makanan itu tak butuh tenaga? Tak butuh uang? Dan apakah kau beranggapan bahwa mencari uang itu mudah? Semudah kau mengedipkan matamu pada gadis? Kau salah jika berasumsi seperti itu Cho Kyuhyun!”
Kyuhyun mencoba menebak-nebak apa maksud Sora dan kemana arah pembicaraan ini bermuara.
“Entah kau mengerti atau tidak kata-kataku, tapi hidup ini jauh lebih complex dari pada rumus matematika di otakmu. Pada dasarnya teori akan selalu berbeda dari prakteknya dalam kehidupan sebenarnya. Sekali kau melangkah tak akan bisa kembali ke level awal, tidak seperti game yang sering kau mainkan di computer. Banyak orang di luar sana yang kurang beruntung dari kita. Belum tentu mereka bisa makan sekali dalam sehari. Mungkin kau sama sekali tak tahu tapi di sini, di negaraku banyak orang-orang yang tersiksa karena kelaparan, mereka lontang-lantung di jalanan seolah tak di butuhkan lagi. Hidup ini sudah sulit, jadi jangan buat ini makin susah Kyu!” Sora meneguk segelas air putih di hadapannya, “Habiskan sayuranmu kalau tidak maka kau mati malam ini! Aku mau belajar lagi.” Sora beranjak meninggalkan Kyuhyun yang sedang ternganga lebar di ruang makan.
“Kenapa kau tak memberiku kesempatan untuk mencegahmu menghabiskan air putihku? Padahal aku sudah mencelupkan jari-jariku kedalamnya tadi. Ha ya sudahlah, bukan salahku juga kalau nanti kau muntah-muntah!” perhatian Kyuhyun kembali tertuju pada piring di depannya.
“Aku baru sadar kau telah tumbuh dewasa juga, kita berdua sudah tumbuh lebih matang dibanding 9 tahun lalu.” Kyuhyun tersenyum simpul sesaat, namun senyum itu langsung menguap entah kemana ketika ia mengangkat sendok yang penuh dengan benda warna hijau bernama brokoli itu. Ia mengarahkannya tepat ke mulutnya kemudian memasukkannya dan mengunyahnya sedikit demi sedikit walau ada gurat keterpaksaan disana. “Eoh, mashida(bc:Eoh, lezat)!”
❀◕
“Pelajaran hari ini apa?” Tanya Sora seraya mengubah posisi duduknya supaya menghadap langsung ke arah Kyuhyun.
“Kimia.”
Sora mengeluarkan sebuah buku tebal bertuliskan ‘Chemistry for Senior High School Student X Grade’ dari dalam tas ransel warna ungunya.
NaOH + Cl2 —> NaCl + NaClO3 + H2O termasuk reaksi apa?” Tanya Kyuhyun sambil menggoreskan pensilnya ke sebuah kertas putih di atas meja.
“Ermnn… reaksi?” Sora memutar-mutarkan ballpoint diatas buku kimia miliknya, “Reaksi apanya maksudmu? Reaksi kimia ya?”
Kyuhyun menatap Sora dengan tajam, setajam silet.
“Ini termasuk reaksi Autoredoks karena Oksidator dan Reduktornya sama.” Jawab Sora setengah ragu.
Seolah Kyuhyun belum puas dengan jawaban yang dilontarkan oleh Sora barusan, “Sekarang temukan yang mana reduktor dan yang mana hasil oksidasinya!”
“Em, aku rasa Cl2 merupakan reduktor sementara hasil oksidasinya adalah NaClO3 apa aku benar?” Tanya Sora skeptic setelah berpikir beberapa detik.
Kyuhyun menjentikkan jarinya dengan antusias, “Tepat sekali, kenapa bisa begitu?”
“Tunggu sebentar!” Sora membolak-balik halaman buku kimianya berharap bisa menemukan jawaban yang diinginkan Kyuhyun. “Ah, mungkin karena biloks Cl mengalami oksidasi dari nol menjadi +5, oleh sebab itu Cl2 dianggap sebagai reduktor sementara hasil oksidasinya adalah NaClO3 iya ‘kan?”
“Ya ya ya! Aku rasa kau mengerti tentang bab ini, mari kita lanjutkan!”
Selama beberapa jam Kyuhyun mendampingi Sora menggeluti pelajaran mengenai konsep mol, reaksi reduksi-oksidasi, dan lain sebagainya.
“Sekarang pelajaran sejarah.” Kyuhyun menutup buku kimia Ariel dan menggantinya dengan buku sejarah yang tak kalah tebal.
“Kenapa kita harus mempelajari sejarah? Aku malas sekali membaca.” Tukas Sora ogah-ogahan.
Historia Magistra Vitae.” Jawab Kyuhyun sekenanya.
“Bahasa mana itu?” Tanya Sora bingung dengan aksen Kyuhyun yang belum pernah sekalipun ia dengar dalam hidupnya.
“Entahlah, aku membacanya di artikel.”
“Artinya apa?” Tanya Sora lagi.
Sejarah merupakan guru tebaik kehidupan.
“Aku tidak mngerti.” Keluh Sora.
“Memangnya apa sih yang kau mengerti? Seolah semua hal memang telah ditakdirkan Tuhan untuk tak kau mengerti?” perkataan Kyuhyun kembali sukses membuat Sora memanyunkan bibirnya.
“Apa sih susahnya bagimu untuk menjawab pertanyaanku tanpa mencela walau barang sedetik dua detik?” ujar Sora kesal.
“Suatu saat kau akan mengenang lagi masa-masa ini. Jangan pernah melupakan sedetik pun moment dalam hidupmu, karena setiap saat itu berharga, baik masa lalu, masa depan, maupun sekarang. Ingatlah satu hal bahwa ‘Kau bisa berharap untuk masa depan dan belajar dari masa lalu,sehingga kau tak akan menyesal untuk masa sekarang’.
Sora mengacak-acak rambutnya sendiri setengah brutal, “Kata-katamu selalu membuatku makin pusing, Kyuhyun.”
“Yasudahlah, suatu saat kau akan paham,” tukas Kyuhyun.
❀◕
“Blaaaam…” Sora menggebrak pintu depan lumayan keras. Mukanya ditekuk bak kaset kusut di tong sampah.
“Sora, ada apa? Apa yang terjadi?” Tanya ibu Sora terkejut dengan kelakuan putrinya.
Sora tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ia melengos ke dalam kamarnya dilantai dua tanpa mengacuhkan ibunya yang memanggil-manggil namanya, “Sora … Sora … sayang, apa yang terjadi?”
Kyuhyun menuruni anak tangga dan berpapasan dengan Sora, “Eh, kau sudah pulang rupanya?” pertanyaan retoris itu tentu saja tak akan mendapat jawaban dari Sora walau apapun yang terjadi.
“Bagaimana ulangan matematikamu?” Kyuhyun mengekor kemana Sora berjalan.
Sora membalikkan badannya begitu sampai di ambang pintu kamarnya. “Aku tidak mengerti, aku sudah berusaha lebih keras dari sebelumnya tapi kenapa aku malah mengalami penurunan?” ia mengangkat sebuah kertas lusuh dengan angka ‘20’ besar berwarna merah di ujung kanannya.
“Jadi kau…?” Kyuhyun tak samapai hati menyelesaikan kalimatnya setelah melihat ada cairan bening yang mulai menggenang di pelupuk mata Sora.
“Huhuhu… aku menyerah!” Sora mulai menangis di depan Kyuhyun.
“Dengarkan aku Sora! Apa kau masih belum mengerti juga dengan apa yang selama ini aku ajarkan padamu?”
“Aku memang bodoh dalam menghafal rumus-rumus.” Ucap Sora dengan nada penuh frustasi.
“Bukan.. bukan itu maksudku! Yang ingin aku katakana ialah, hidup ini berbeda dengan rumus matematika. Kalau dalam matematika, tidak peduli rumus mana pun yang kau gunakan, baik itu rumus satu dua tiga atau pun empat, yang penting adalah hasil akhirnya sama. Namun dalam kehidupan nyata yang terpenting adalah prosesnya bukan hasilnya. Tidak peduli hasilnya baik atau buruk, selama kau bisa belajar proses bagaimana hidup dengan baik maka hasil tidaklah penting. Proses itu bagaikan sejarah, merupakan guru terbaik dalam kehidupan. Sama halnya dengan kata-katamu tempo hari bahwa membuat makanan itu butuh proses, tidak peduli itu sayuran atau daging yang terpenting adalah jangan menghambur-hamburkan uang dengan menyisakan makanan. Apa kau paham?”
Hiks, kau selalu berhasil membuatku bingung.” Isak Sora.
“Ringkasnya, kau sudah berusaha semampumu, itu saja. Terlepas dari hasilnya yang kurang memuaskan, kau tak perlu menyesal karena kau sudah berusaha keras. Yang kau perlu lakukan sekarang adalah terus berusaha, supaya kau bisa mendapatkan hasil yang memuaskan.” Kyuhyun berusaha meberikan sugesti positive terhadap Sora. “Jangan berhenti sampai disini! Because you’ve gone this far, then you should be able to go further!”
“Mungkin kau ada benarnya.” Sora mulai menghapus air matanya kemudian tersenyum, “Iya kau benar! There’s nothing too big nor too dangerous, as long as you still want to try your best, that’s what you call fearless, right?
“Ya apapun artinya itu, aku rasa kau sudah paham sekarang.” Kyuhyun juga ikut tersenyum mengiringi guratan senyum yang terkembang di wajah sembab Sora.
“Kalau begitu nanti malam kau kerjakan 100 soal yang kemarin itu ya?!”
Perkataan Kyuhyun barusan sukses membuat Sora melempar tas ransel ungunya pada Kyuhyun. “Kau akan menyesal menyuruhku melakukannya.”
“Jangan hanya bicara! Buktikan dengan nilai sempurna di Ujian Tengah Semester minggu depan!” Kyuhyun lari terbirit-birit, menghindari lemparan ransel dari Sora.
❀◕
“Sora, tumben hari ini masuk?”
“Iya, ‘kan ada ulangan matematika, aku kira kamu nggak bakal masuk dan bakal lebih milih buat tidur di rumah.”
“Sora, kamu lagi sehat ya? Kok mau masuk hari ini?”
“Maksud lo? Lo pikir biasanya Sora nggak sehat? Eh, tapi bener juga jangan-jangan lo emang lagi sehat ya hari ini Ra? Apa yang udah terjadi?”
“Sora, pasti kamu sekarang udah insyaf, iya nggak?”
Sora hanya mengangguk-angguk mendengar rentetan pertanyaan dari teman-teman sekelasnya yang bagaiakan kereta express itu, “Ya ya terserah apa kata kalian.”
Sora segera duduk dibangku kesukaannya yang terletak di baris kedua dari kiri dan sekaligus urutan kedua dari depan.
“Loh Riel, kamu jadi masuk? Padahal aku udah nyiapin surat dokter loh buat kamu.” Ujar seorang gadis bermata empat yang sudah duduk manis dibangku sebelah bangku Sora berada.
“Iya, bilangin makasih ke ayahmu, beliau udah repot-repot mau buatin surat dokter buatku, tapi kayaknya ntuh surat dah kadaluarsa kalo aku pakai minggu depan pas ujian tengah semester.” Sora meletakkan tasnya diatas meja kemudian mengeluarkan beberapa buah buku dan sebuah kotak pensil.
“Loh kok gitu? Emangnya kamu ngga…”
“Rachel diem! Aku mau konsen belajar, kalo nggak tutup mulut juga maka kamu nggak bakal dapet tumpangan pulang hari ini.” Ancam Sora dengan tatapan yang sangar. Rachel tak akan lebih takut apabila ia melihat kuntil anak meraung-raung didepannya dari pada ia melihat tatapan tajam yang dimiliki sahabatnya itu. Baginya, sahabat sejak kecilnya itu apabila sudah keluar sifat aslinya jauh lebih menakutkan dari pada sundel bolong dan pocong sekalipun.
Aish, dasar dictator! Bisanya mengancam saja.” Desis Rachel pelan, agar tak terdengar oleh sahabatnya.
Setelah Sora mengatakan ancamannya terhadap Rachel, tak ada lagi percakapan diantara keduanya sampai jam pelajaran pertama dimulai. Sora mengikuti pelajaran pertama dengan serius.
“Sejarah, kenapa orang perlu belajar sejarah?” Tanya Rachel nyaris tak terdengar.
Historia Magistra Vitae.” Ujar Sora dengan suara yang pelan pula.
Rachel langsung menolehkan kepalanya pada Sora, “Eh, kamu ngomong sesuatu, Ra?”
“Nggak kok. Perhatikan gurunya njelasin!” perintah Sora singkat tanpa mengalihkan pandangan sedikit pun dari guru sejarahnya yang sedang mondar-mandir di depan kelas, menjelaskan sesuatu tentang peradaban Bacson Hoabihn.
❀◕
Jam istirahat yang paling ditunggu-tunggu semua murid pun datang, tapi tak seperti biasa Sora tetap duduk di dalam kelas, hal itu tak urung membuat teman-temannya heran bukan main. Dan yang lebih mengherankan, Sora sedang menggeluti musuh bebuyutannya, matematika.
“Apa dia kerasukan arwah Albert Einstein ya?” Tanya Rachel pada teman-temannya.
“Kami akan lebih percaya jika ia kerasukan arwah Michael Jackson dan berdansa didepan kelas saat jam pelajaran matematika dari pada arwah Albert Einstein dan mengerjakan soal-soal itu.” Jawab teman-teman Rachel serempak.
“Aku pikir juga begitu. Anak itu jadi semakin aneh dari hari kehari, aku khawatir ia stress.” Rachel merasa prihatin melihat kondisi sahabatnya yang mengenaskan gara-gara matematika.
“Aku pasti bisa mendapat nilai sempurna!” teriak Sora tiba-tiba. Hal itu membuat semua teman-teman sekelasnya menatapnya penuh minat. “Kau akan lihat Pak Guru, seorang Sora akan menjadi juara kelas. Lihat saja nanti!”
“Entah ini hanya aku atau apa, tapi apa kalian melihat ada api yang berkobar-kobar dimatanya?” Tanya Rachel diambang pintu kelas X-4.
“Kami rasa kau harus mengganti kaca matamu segera Rachel!” saran teman-teman Rachel dengan serempak lagi.
❀◕
Sora menimang-nimang wadah plastik kecil di hadapannya. Sesekali ia melolongkan kepalanya hanya untuk melihat benda yang ada di dalamnya. Ia mulai menggerakkan tangannya untuk meraih benda itu, namun kemudian ia mengurungkan niatannya. Ia terlihat berpikir beberapa saat, tak cukup lama untuk menunggunya benar-benar meraih sesuatu dari dalam wadah itu. Sora mulai menggerakkan jemarinya untuk membuka kemasan dari benda kecil yang sudah ada dalam genggamannya mulai beberapa detik yang lalu itu. Sora tidak begitu terkejut melihat apa isinya, “Sebuah biscuit?” ia membuka mulutnya secara perlahan kemudian mengarahkan biscuit itu tepat ke lubang mulutnya dan memasukkannya ke sana secara perlahan pula. Semuanya memang terlihat berjalan biasa saja untuk satu detik pertama, namun kemudian Sora mulai memainkan alisnya. Ia lantas memutahkan biscuit dalam mulutnya ke telapak tangannya.
“Eh, apa ini? Kertas?” Sora menemukan selembar kertas kecil terselip di sela-sela remahan biscuit yang tadi sudah ia kunyah barang sekali dua kali. Ia mengambil kertas yang sedikit lumer karena sempat bersentuhan dengan indera pengecapnya. Sora mengernyitkan alisnya setelah mendapati bahwa diatas kertas itu terdapat sebuah tulisan, “Jangan bersikap apatis terhadap sekolahmu, ingatlah masa depanmu!”.
Sora membolak balik kertas kecil itu, namun ia tak menemukan adanya tulisan lain pada permukaan lainnya. “Apa-apaan ini maksudnya? Siapa yang melakukan ini?”
Sora beralih ke wadah plastik yang bahkan ia sama sekali tak ingat kalau ia tadi menyamparnya hingga membuat semua kemasan kecil-kecil bertuliskan ‘find what’s truly inside your mind!’ berhamburan diatas lantai.
Ia memungut satu buah kemasan yang berada paling dekat dengan posisinya. Kemudian dibukalah kemasan itu. Masih sama dengan sebelumnya, Sora mendapati sebuah biscuit dengan ukuran, bentuk, dan penampilan yang serupa dengan biscuit yang sebelumnya. Ia meremas biscuit itu dengan tidak sabar. Lalu menemukan segelintir kertas kecil tergulung dengan rapi yang tadinya terletak pada diameter biscuit bundar itu—sebelum hancur menjadi serpihan karena diremas.
Sora terheran membaca tulisan diatas kertas itu, “Rasa penasaran itu bagus, asalkan kau menggunakannya untuk hal-hal yang bermanfaat. Sama halnya dengan rasa penasaran Thomas A. Edison yang pada akhirnya membawa pembaharuan bagi umat manusia.”
“Aneh, sepertinya hanya ada satu orang yang mungkin melakukan hal sampai sejauh ini. Apa mungkin dia…?”
Sora mengambil satu lagi kemasan lain. Ia juga masih menemukan lembaran kertas lainnya dalam biscuit serupa. “Sometimes what you can’t see doesn’t mean it doesn’t there!”.
“Hey, apa ada kamera tersembunyi disekitar sini?” Sora mengedarkan pandangannya ke segala penjuru kamar. Ia meraih kemasan lain dan segera menemukan lembaran kertas lain di dalamnya, “Tembok itu tidak mati, mereka bisa mendengar! Mereka itu bagaikan kamera tersembunyi yang selalu mengintaimu setiap waktu!”.
“Arrghh, yang benar saja!! Aku pasti sudah sinting!” Sora segera berdiri dan mengelusi beberapa kemasan biscuit yang masih berserakan dilantai, kemudian meletakkannya sembarangan diatas meja belajarnya.
Ia menjatuhkan tubuhnya diatas kasur empuk miliknya dengan sekali hempasan mantab. “Tenangkan pikiranmu Sora! Segala yang kau butuhkan saat ini adalah istirahat, kau hanya terlalu lelah dengan segala macam bimbel dan ujian tengah semester di sekolah. Ayo tidur sekarang Sora, tidur… tidur… tidur… tid… urzz…zzzZZZzzz…!!”
❀◕
Saat ini sudah sekitar seminggu semenjak Sora menyelesaikan ujian tengah semesternya. Tak ada yang berubah memang, tetapi dengan kepergian Kyuhyun yang kembali ke Korea benar-benar menyisakan kesan tersendiri bagi seorang Sora yang biasanya bersifat cuek. Kalau saja bukan karena pembelajaran singkat yang diberikan oleh Kyuhyun tak mungkin Sora masih bisa bertahan sampai sekarang.
Sora menghempaskan badannya ke sofa ruang tengah. Semenit kemudian ibunya duduk di sebelahnya, ia meraih remote televisi lalu menyalakannya. Sebuah channel luar negeri tengah menyiarkan sebuah acara musik K-Pop. Kali ini ada section khusus yang menginterview beberapa penyayi K-Pop terkenal. Beberapa gerombol pria berjas hitam muncul, diiringi dengan seorang wanita yang nampaknya adalah seorang reporter.
“Congratulation for your winning, guys! Super Junior really is the best Asian BoyBand ever. Anyway, is there anything or anyone you want thanks to?” Tanya reorter itu, mengajukan microphonenya.
“Thanks to ELF all over the world who have been supporting us! Keep supporting us, okay?! I love you ELF!” kata salah seorang dari pria-pria tampan itu.
“Thanks to family, friends, and my girlfriend,” timpal pria yang lain.
“Okay, what about you, our Magnae? Isn’t there anything you want to say? Please say something, Kyuhyun!” ujar reporter itu.
Sora langsung bangkit dari posisi tidurannya. Matanya menatap lurus ke arah televise lekat-lekat. “Apa? Kyuhyun? Cho Kyuhyun?”
Ibunya tersenyum melihat gelagat keterkejutan di muka putrinya. “Benar! Kyuhyun itu adalah member ke-13 dari BoyBand terkenal di Korea. Kalau ibu tidak salah ingat, namanya Super Junior, bukan begitu?”
“Apa?” mulut Sora menganga dengan sangat lebar. “Kenapa mom nggak pernah cerita sama Sora?”
“Kamu nggak pernah bertanya sih!” jawab ibu Sora. “Aku harusnya meminta tanda tangannya,” sesal Sora.
Mommmmm, Sora mau ke Korea. Ijinkan Sora ke sana ya? Ya? Ya? Sora mohon, mom!” pinta Sora dengan histeris, masih shock dengan kebenaran bahwa sepupu jauhnya yang bernama Kyuhyun itu adalah penyanyi terkenal.
“Nggak! Kamu musti juara di sekolah dulu, baru boleh ke Korea.” Ujar ibu Sora tegas.
Mommmmmmmm~~!
~~THE END~~
Annyeonghaseiyo~~ saia kembali lagi!! Hyattt~!! *pasang kuda-kuda* Namun kali ini dengan sebuah fanfiction oneshot abal-abal. Hehehe maklum, penulisnya aja ababil (~‾ ▽‾)~ sebenernya ff ini udah saia tulis waktu masih kelas sepuluh, namun karena beberapa kendala jadinya nganggur deh ga keurus di lepi. Tapi akhirnya bisa juga kelar *walau agak maksa* dan di publish disini yey *joget* dalam menulis ff ini, saia banyak terinspirasi oleh drama korea God Of Study. Tau dong apa itu God Of Study? wah ga tahu? kemana aja lu? Ituloh drama yang dibintangi Yoo Seung Hoo!! Masih ga tau juga? Yaudah deh kelaut aja! :P *disambit buku matematika ama reader sekalian* wkwkwkw
Oh iya, ngomongin soal matematika, sebetulnya ini merupakan pengalaman pribadi saia. Waktu kelas sepuluh dulu, ulangan matematika seringgggg banget remidi (langganan). Pernah sih ga remidi, tapi cuma sekali itu juga kalau saia ga salah inget. Maklum saia ini dodol banget matematika, beda ama suami saia *ehem* si magnae Super Junior *lirik Kyuhyun* yang udah pernah nyambet medali olimpiade matematika. Benar-benar bagaikan bumi dan langit *ngenes* (-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩___-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩) yaudahlah, saia banyak bacot banget ya, reader sekalian? terima kasih kalau ada yang mau baca ff ini, sekian! *bow* please comment below!! kamsahamnida~~ °\(^▼^)/°
 
p.s postingan ini pernah saia publish di http://miracleofchoichronicles.blogspot.com/ yang kalau kalian sudah membaca postingan Introduction saia pasti udah pada tahu kenapa saia publish lagi di sini :'D

0 komentar:

Posting Komentar

☆Created Couples

☆Created Couples
Chocolates♥Chronicles♥Miracles

☆Chronicles Couple

☆Chronicles Couple
Choi Siwon ♥ Cho Kyu Hyun

☆Other Couples

☆Other Couples
another world of Choi Sora's life

☆Uri Chingu

☆Uri Chingu
Choi Sora's Friends