Jumat, 28 Oktober 2011

Dark Blue Tennessee

He said, "I got me a nice new apartment
In a city, wouldn't you have hated that?
I'm getting by with a broken heart you left me with."
He hangs up the phone and she whispers back,

Missing you like this is such sweet sorrow
Won't you come back to me?
I'll be here, today and here tomorrow
In dark blue Tennessee

He was lying when he said he moved to L.A.
He's just hiding out on the other side of town
With his head in his hands and she's just 7 miles away
He's staring out the window and puts her picture down saying,

Missing you like this is such sweet sorrow
Won't you come back to me?
I'll be here, today and here tomorrow
In dark blue Tennessee

She almost called him on the night that he wrote
These simple words on his goodbye note

Missing you like this is such sweet sorrow
Won't you come back to me?
I'll be here, today and here tomorrow
In dark blue Tennessee

In dark blue Tennessee
---
 Pria itu berdiri tepat di samping beranda jendela kamarnya.
Matanya begitu sendu, ia menatap lurus keluar jendela dengan tatapan kosong.
Entah hal apa yang saat ini tengah bercokol di dalam benakknya.
Hanya Tuhan dan dirinya sendiri yang tahu.
"Tok... Tok... Tok..." terdengar suara pintu kamar yang diketuk, mengalihkan pandangan pria tampan itu.
"Min Woo-ya!" panggil suara lembut seorang wanita dari luar kamar, "keluarlah sebentar! Ada telefon untukmu."
Pria yang ternyata bernama Min Woo itu beranjak dari tempatnya dengan enggan, lengannya yang nampak kuat meraih kenop pintu kemudian membukanya seolah dengan tenaga yang tersisa dalam tubuhnya hanya secuil.
"Bilang saja aku tidak ada, mom!"
"Sudah terlanjur mom suruh menunggu," wanita berperawakan lemah lembut itu menarik lengan Min Woo mendekati anak tangga yang menghubungkan lantai dua di rumah mereka dengan lantai satu, "cepatlah sedikit! Kasihan dia sudah menelfon selama 5 kali dalam sepuluh menit terakhir."
"Siapa memangnya yang menelfon?"
---
"Hallo~ Min Woo di sini, siapa ya?"
"Hi, ini aku Amethyst! Apa kau ada waktu? Aku ingin bertemu."
"Maaf aku sedang sibuk saat ini! Bertemunya lain kali saja," Min Woo nyaris saja meutup sambungan telefonnya.
"Tunggu, jangan putus sambungannya dulu! Aku mohon~ sekali ini saja?" pinta suara gadis di seberang sana.
"Tadi kan sudah kubilang aku tida-"
"Aku menunggumu di tempat biasanya, aku akan menunggu sampai kau benar-benar datang."
"Aku tidak ma-" terlambat! Sebelum Min Woo berhasil menyelesaikan kata-katanya gadis bernama Amethyst itu sudah terlanjur memutus sambungan telefon, "kenapa sudah dimatikan, huh?"
Min Woo merasakan kebimbangan merasuk kedalam relung jiwanya, haruskah ia pergi menemui gadis itu? Atau tetap tinggal di rumah saja dan mengabaikan permintaan gadis yang tak pernah lekang dari benak Min Woo itu?
---
Gadis itu berdiri di sana, tepat di bawah lampu-lampu berwarna biru itu.
Biarpun sudah berulang kali ia menapakkan kaki di tempat favoritnya itu, namun matanya tetap tak henti-hentinya mengagumi keindahan yang disuguhkan di hadapannya.
Sesaat ia bisa mendapatkan sebuah ketenangan yang jarang ia peroleh di tempat ia tinggal, Tennessee.
Tennessee merupakan sebuah negara bagian Amerika Serikat. Negara bagian ini terletak di bagian tengah. Pada tahun 2008, negara bagian ini memiliki jumlah penduduk sebesar 6.214.888 jiwa dan memiliki luas wilayah 109.247 km². Ibu kotanya adalah Nashville.
Negara bagian ini memiliki angka kepadatan penduduk sebesar 53,29 jiwa/km².
Gadis itu dengan cemas menengok arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Apakah ia akan datang kali ini?"
Tak berapa lama silhouette seorang pria mulai terlihat dari kejauhan.
Amethyst setengah yakin bahwa itu adalah seseorang yang sudah ia tunggu sejak tadi, ia benar-benar berharap denga seluruh jiwanya bahwa Min Woo akan datang menemuinya.
"Kenapa kau masih menungguku? Aku kan sudah bilang kalau aku tidak akan datang," kata pria itu seraya mendekat.
"Akhirnya kau datang juga," Amethyst tersenyum, "karena aku penasaran apakah kau akan datang atau tidak?"
"Dan ternyata aku memang datang, lalu apa sekarang?" Min Woo memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana, "kenapa kau meminta bertemu lagi?"
Air muka Amethyst langsung berubah 360 derajat.
"Aku ingin mengembalikan ini," Amethyst mengulurkan sebuah tas plastik berukuran sedang.
"Apa ini?"
"Kau sudah mengakhiri hubungan kita, jadi aku ingin kau mengambil semua barang yang pernah kau berikan padaku," Amethyst berusaha membuat suaranya agar terdengar senormal mungkin walau memang terdengar sedikit serak menahan air mata.
Min Woo membeku, tidak tahu harus berujar apa pada gadis yang pernah mengisi ruangan khusus di hatinya itu.
"Jadi kapan kau akan pindah ke L.A?" Amethyst memecah keheningan singkat yang menyelimuti mereka berdua.
Min Woo seakan tersentak kaget dengan pertanyaan yang baru terlontar dari mulut Amethyst, ia tak pernah membayang bahwa gadis itu akan berani menanyakan pertanyaan itu dalam kurun dekat.
"Aku masih harus berkemas, aku rasa secepatnya," jawab Min Woo seadanya.
"Emm, begitu ya?!" Amethyst mengangguk-angguk tak tahu harus bersikap bagaimana dengan keadaan mereka berdua saat ini.
"Kalau kau sudah tidak ada yang ingin dikatakan maka aku akan pergi," ucap Min Woo nyaris beranjak.
Amethyst ingin sekali meraih lengan Min Woo dan mencegahnya untuk pergi. Haruskah secepat itu ia meninggalkannya?
Namun Amethyst tidak bisa melakukannya, otaknya menolak apa yang hati kecilnya katakan.
Mata gelapnya mulai berair, sekali lagi Granula lavernalisnya tidak bisa diajak kompromi untuk tidak menghasilkan cairan bening bernama air mata itu.
Amethyst menangis dalam diam, memandang kepergian Min Woo yang sama sekali tidak memandang ke belakang, pria itu hanya terus berjalan lurus kian menjauh dari Amethyst.
Min Woo bahkan tidak mengatakan salam perpisahan walau barang sepatah dua patah kata.
Hal itu justru membuat Amethyst makin terpuruk.
Gadis itu sadar betul bahwa keputusan mereka berpisah tidaklah semata-mata diambil oleh Min Woo secara sepihak, melainkan dirinya juga turut andil.
Min Woo merasa lelah, baik Min Woo maupun Amethyst merasa tak sanggup menjalani Long Distance Relationship apabila Min Woo sudah pindah ke Los Angeles nanti.
Entah atas dasar apa Min Woo memutuskan untuk pindah ke Los Angeles, nampaknya hal itu masih berupa misteri yang tak bisa dipecahkan oleh Amethyst walau ia sudah berpikir dengan keras belakangan ini.
---
Min Woo melihat kalender yang terletak di atas meja belajarnya, sebuah tanggal pada hari senin telah dilingkari menggunakan pulpen merah.
"Deadlinenya sebentar lagi," desah Min Woo pelan.
Ia mengambil foto seorang gadis berdarah Korea-Amerika yang terbingkai rapi dari dalam laci meja belajarnya.
Ia membawa foto itu mendekati jendela, kemudian menelangkupkan kepalanya diatas tangannya seraya memegang foto itu.
"Merindukanmu seperti ini bagaikan kesedihan yang manis, tidak akan kah kau kembali padaku?"
Sudah seminggu Min Woo tidak mengabari Amethyst semenjak terakhir kali ia menemuinya, gadis itu pun juga tidak menelfon semenjak saat itu.
Mata coklat Min Woo menatap ke warna magenta yang bercampur biru di langit senja yang luas, "aku akan tetap di sini hari ini, dan di sini pula esok hari, in dark blue Tennessee."
Sepasang mata itu benar-benar mengisyaratkan kepedihan yang luar biasa dalam kali ini.
---
Min Woo memutuskan untuk menelpon Amethyst, "mungkin untuk yang terakhir kalinya?" ia tidak bisa lagi menahan perasaan rindu yang membuncah memenuhi tiap rongga dalam dadanya.
"Hallo~"
"Hi~! Ini aku."
"Min Woo?" suara di seberang seakan tercekat kaget namun sekaligus senang.
"Emmm, bagaimana kabarmu?"
"Ba- baik! Kau?"
"Emmm~"
"Ada masalah apa kau menelfon?"
Min Woo menggeleng, "aku hanya ingin mengatakan bahwa aku mendapatkan sebuah apartment baru yang bagus di kota. Tidakkah kau membenci hal itu?"
Suara di seberang tidak membalas apa-apa.
Min Woo melanjutkan, "aku juga mem-"
"Aku sudah mulai melanjutkan hidup dengan hati yang hancur setelah kau tinggalkan," sela Amethyst sebelum Min Woo berhasil merangkai kalimatnya sampai akhir.
Belum sempat Min Woo mengucapkan sepatah kata, Amethyst sudah menutup sambungan telefonnya.
Min Woo tercengang kaget bukan main dengan tindakan Amethyst barusan.
Matanya menjadi sendu lagi.
Setelah menutup telefon, Amethyst berbisik pada dirinya sendiri, "merindukanmu bagaikan kesedihan yang manis. Tak akankah kau kembali padaku? Aku akan tetap di sini hari ini, dan di sini pula esok hari. In dark blue Tennessee."
---
"Tretttt... Tretttt... Tretttt..." seseorang memencet bell rumah yang di atas pintu rumah sederahna bergaya Eropa yang terletak di daerah Nashville, Tennessee itu.
"Tunggu sebentar!" seorang gadis membuka pintu, "ada yang bisa aku bantu?" tanyanya ramah.
"Bisakah aku bertemu dengan nona Amethyst Choi?"
"Iya, aku Amethyst. Ada perlu apa?"
"Perkenalkan aku kakaknya Kang Min Woo namaku Kang Sora, aku hanya ingin menyerahkan ini padamu," wanita itu menjulurkan sebuah amplop berwarna biru gelap kepada Amethyst.
"Apa ini?"
"Kau akan tahu setelah membukanya," wanita yang baru diketahui sebagai kakak Min Woo itu tersenyum sebelum ia beranjak dari depan rumahnya Amethyst, "kau benar-benar mirip seperti apa yang diceritakan oleh Min Woo selama ini."
"Eh? Maaf Kang Sora-ssi, bagaimana ka-" Amethyst terlambat, Sora terlanjur pergi meninggalkan rumahnya.
Amethyst hanya bisa menimang-nimang amplop berbau bunga lavender di tangannya itu, kira-kira apakah Min Woo yang mangirimnya?
Amethyst membuka amplop itu dengan sangat hati-hati, bahkan tangannya sampai gemetaran.

-dearest Amethyst- 

Bagaimana keadaanmu, huh?
Aku harap kau baik-baik saja.
Aku ingin membuat beberapa pengakuan padamu,
sejujurnya aku telah berbohong padamu ketika aku bilang bahwa aku akan pindah ke L.A,
aku hanya bersembunyi di sisi lain dari kota ini.
Tahukah kau betapa ku merindukanmu setengah mati?
Kau tidak pernah meninggalkan kepalaku dan relung hatiku walau barang sedetik.
Kau senang mendengarnya? Tidak? Baiklah, tak apa.
Apakah menurutmu kau bodoh kalau menganggapku berada di L.A sementara kenyataannya aku hanya 7 mil jauhnya darimu?
Tidak! Tentu kau tidak bodoh!
Sungguh, aku tidak ingin menyakiti perasaanmu.
Aku hanya ingin melihatmu melanjutkan hidupmu dan terus berusaha menggapai cita-citamu walau tanpa aku di sampingmu.
Aku tidak ingin melihatmu menangisiku yang sedang sekarat melawan kanker.
Kau kaget?
Iya, aku memang sakit. Aku tahu bahwa aku mengidap penyakit ini belum lama, sehingga aku sadar bahwa hidupku tidaklah lama dan aku harus merelakanmu pergi.
Maaf aku telah membuat hatimu hancur berkeping-keping.
Mungkin aku sudah tidak bisa menemuimu lagi di tempat biasanya.
Kalau saja ini hanya masalah jarak L.A-T.N maka aku tidak akan mempermasalahkannya.
Tetepi ini beda, mungkin ketika kau sedang menangis membaca surat ini, aku juga sedang menangis melihatmu namun bukan di bumi melainkan di alam lain.
Kumohon lanjutkan hidupmu!
Aku akan selalu ada di sini kemarin, di sini untuk hari ini, dan di sini pula esok hari.
In dark blue Tennessee.

-with love, Min Woo Kang-

Untuk kesekian kalinya Glandula Lavernalis Amethyst tidak bisa diajak berkompromi, ia hanya bisa membekap mulutnya kemudian merengkuh surat yang basah karena air mata itu ke dalam dekapannya.
Di negara bagian itulah Amethyst mengenang sosok Min Woo yang telah pergi mendahuluinya dan mungkin juga sedang mengawasinya dari surga.
Tempat yang tidak akan pernah ia lupakan, di mana ia menghabiskan masa-masanya bersama pria yang juga tidak akan pernah ia lupakan dalam perjalanan hidupnya.

In Dark Blue Tennessee, THE END.

---

A/AN : Yeayyy~ i just finished wrote this short fan-ficition, i wrote this since probably 4 hours ago XD *alhamdulillah kemajuan banget* anyway, do you guys like this new pairing? Kang Min Woo is a fiction korean guy created by me :D nyahahah~ i just experimented this pairing Amethyst-Kang Min Woo *Marcus Cho mencak-mencak* wkwkwk how do you think?
tbh, i downloaded my twin's song this evening and suddenly i got inspired by her song ^^v i just could feel the sadness of the song, dude ;_____; but i couldn't cry *like usual* i'm not even so sure if my Glandula Lavernalis is broken XD lol
Hhhhh~ actually i still have three more tests for tomorrow ;A; but okay, yeahhhh~ tomorrow is gonna be the last day of middle test this semster yeay~ *dancing around the room* please do leave a comment below~ ^^ kamsahamnida~ *ngacir ke L.A* #eh #plak *bow* (._____.)v
credit : Song called "In Dark Blue Tennessee" belongs to my beautiful-eternal-twin also a popular country singer from T.N USA, who else this could be??? Definitely this goes to Taylor Swift *dikeroyok Swiftiest sedunia* wkwkwkwk ^^v

Zain Bhikha - When I Grow Up

What will I be when I grow up... (x3)... As a Muslim man
A teacher is what I want to be. People will come and learn from me
I’ll teach science and history. And I’ll teach Quraan

What will I be when I grow up... (x3)... As a Muslima
A writer is what I want to be. People will read the books by me
I’ll write stories and poetry. Insha’Allah

What will we be when we grow up? (x3)... As Muslims everywhere
We want to be the best we can. Follow the prophet and Quraan
Every Muslim, women and man. Pleasing Allah

What will I be when I grow up? (x3)... As a Muslima
A doctor is what I want to be. Discover the cure for hiv
Treat the poor and the needy. If Allah wills, you’ll see

What will I be when I grow up? (x3)... As a Muslim man
A sailor is what I want to be. Sail across the seven seas
Spreading peace and harmony. That’s the life for me

What will we be when we grow up? (x3)... As Muslims everywhere.
We want to be the best we can. Follow the prophet and Quraan.
Every Muslim, woman and man. Pleasing Allah

What will I be when I grow up? (x3)... As a Muslima
A mummy is what I want to be. I’ll raise children just like me
To go through life with dignity. That is what I’ll be

What will we be when we grow up? (x3)... As Muslims everywhere.
We want to be the best we can. Follow the prophet and Quraan
Every Muslim, woman and man. Pleasing Allah

Sabtu, 15 Oktober 2011

Haeppy 26th BirthDHae~

 Dear Fishy,
A boy who I would love to give extra care and attention to & also a hug whenever I see his sad face whenever “father” was mention.
Please stay like what you are now and forever
Never let your smile fade away, your tears is as precious as who you are.
You’re such a precious & special boy to all ELFs, please stay healthy and happy as always
You are completely beautiful
I just can’t be without you, boy
HAPPY BIRTHDAY! ♥
*****
Shi Kyo melipat tangannya di depan dada, ia mondar-mandir sedari tadi.
Sesekali Shi Kyo mengecheck ponsel yang ia genggam kalau-kalau ada panggilan masuk tertuju untuknya.
"Yaaa~ Shi Kyo-ya, tidak bisakah kau tenang dan jangan panik?"
"Tidak bisa, Shindong oppa!" Shi Kyo makin grogi menanti telepon dari seseorang yang tak kunjung datang.
"Sudahlah! Pasti dia bisa mengatasinya!" ujar Siwon menenangkan tak jauh dari tempat Shi Kyo berpijak.
Shi Kyo tak mengacuhkan keberadaan pria itu di sekitarnya, ia terus mondar-mandir dan berpura-pura seolah tidak bisa mendengar setiap nada indah yang terlontar dari mulut joker Siwon.
Nampaknya Shi Kyo masih marah terhadap kekasihnya yang telah membuatnya 'umup' belakangan ini.
Shi Kyo seakan merasa bahwa ia terbakar api neraka setiap kali menonton drama yang dibintangi oleh Siwon, ya apalagi kalau bukan drama Poseidon. Banyak adegan-adegan Siwon di sana yang membuat setiap Siwonest seolah ingin bunuh diri karena cemburu melihatnya.
Siwon memandang Shi Kyo dengan tatapan frustasi, ia tidak tahu lagi harus berbuat apa agar supaya Shi Kyo mau memaafkan dan memahami profesinya sebagai penyanyi sekaligus aktor.
Shindong yang sedari tadi berada dalam ruangan yang sama dengan Shi Kyo dan Siwon hanya bisa diam, merasa tak seharusnya ia berada di antara sepasang kekasih yang sedang marahan ini. Siwon-ah, fighting~! batin Shindong dalam hati merasa prihatin terhadap teman satu groupnya itu.
Tak berapa lama ponsel Shi Kyo bergetar tanda ada panggilan masuk, "ahhh~ dia menelpon!"
"Cepat angkat, Shi Kyo-ya!" tukas Shindong.
Shi Kyo mendekatkan ponselnya ke telinganya, "yoboseo~!" sapanya, "Sora-ya, bagaimana? Apa semuanya baik-baik saja di sana?"
"Ahhh~ begitu ya? Baiklah! Emmm? Di sini?" Shi Kyo melirik Shindong, "oppa, Sora tanya bagaimana keadaan di sini? Apa semua persiapannya berjalan lancar?"
"Hampir! Tinggal sedikit lagi!" Shindong menjawab seraya memperlihatkan sebuah kotak kado berukuran sedang, percuma saja orang di seberang telepon tidak akan bisa melihatnya.
"Kau tenang saja Sora-ya! Di sini sudah teratasi dengan baik! Baiklah! Cepat selesaikan urusan di sana! Bye~!" Shi Kyo menutup sambungan telephone dengan Sora.
"Apa katanya?" tanya Siwon.
Shi Kyo tak menjawab.
"Apa mereka sudah hampir selesai?" kali ini Shindong yang bertanya.
"Kata Sora, mereka hanya butuh sedikit polesan terakhir, mungkin tiga puluh menit lagi mereka akan tiba di sini," Shi Kyo membantu Shindong membersihkan sisa-sisa kertas yang digunting.
Shindong mengangguk sekilas, "aku tidak sabar untuk nanti melihat bagaimana ekspresinya," Shi Kyo tersenyum tipis, "aku juga sama!"
"Siwon-ah! Kau bantulah Shi Kyo bereskan semua kertas-kertas dan pita-pita ini!" ujar Shindong.
"Eh? Aku? Kau mau kemana memangnya, hyung?" tanya Siwon kaget.
"Aku harus mengambil sesuatu yang tertinggal di lantai bawah," Shindong beralasan.
"Oh! Kurae? Baiklah!"
Shindong berjalan keluar dorm yang ada di lantai dua belas gedung Sharp Star City tower C itu.
Sesungguhnya, ia hanya ingin meninggalkan Siwon dan Shi Kyo berdua saja dalam dorm, menurutnya mereka memang butuh waktu untuk bicara empat mata dan segera menyelesaikan masalah di antara keduanya.
Setelah kepergian Shindong yang sebenarnya sudah diketahui oleh Siwon dan Shi Kyo bahwa itu hanya sandiwara, tak ada yang mulai pembicaraan di antara keduanya. Baik Siwon maupun Shi Kyo sama-sama diam membisu, bergelut dengan pikiran mereka masing-masing. Entah apa yang sedang mereka pikirkan.
*****
"Yaaa~ Choi Sora!" teriak Hyeri memanggil Sora yang tersenyum-senyum sendiri tidak jelas, "kenapa kau melakukan ini padaku?"
"Apa? Melakukan apa memangnya, onnie?" Sora menahan tawa, ia membekap mulutnya sendiri namun masih tetap memandangi pantulan tubuh Hyeri yang terpatri dalam cermin saloon itu.
"Ini! Kenapa aku harus duduk di kursi saloon ini sekarang? Bukannya tadi kau bilang mau mengajakku ke dorm Super Junior? Jangan berani berbohong padaku, Sora-ssi!" Hyeri marah-marah pada Sora yang ada di belakangnya.
"Aku tidak bohong kok, onnie! Setelah ini kita akan ke sana," Sora berusaha menenangkan sahabatnya yang satu itu, "tapi sebelum kita ke sana kau harus mendapat perawatan khusus di salon kecantikan ini."
"Wae?"
"Karena... karena...yah pokoknya kau harus perawatan!" Sora beralih menatap seorang stylist yang sedang memodifikasi rambut Hyeri, "maaf, apa bagian itu tidak dipotong terlalu pendek?"
"Tidak nona! Poni ini akan terlihat serasi dengan gaya rambut nona ini," stylist itu tersenyum, namun matanya tetap terfokus pada pantulan Hyeri di cermin, "apakah anda menginginkan sedikit pewarnaan pada rambut anda?" tanyanya pada Hyeri.
"Eh? Aniyo! Aku tidak mau mewarnai rambut hitamku!" tolak Hyeri mentah-mentah.
"Ahhh~ onnie!" rengek Sora, "sedikit saja pasti bagus, kan?!"
"Tidak! Pokoknya aku suka rambut hitam! Titik!"
Sora merong dan menggembungkan pipinya, "tolong berikan yang terbaik untuk gadis keras kepala ini, onnie!" ucapnya pada sang stylist.
"Yaaa~ Choi Sora! Dasar dongsaeng kurang ajar! Kau kira kau tidak keras kepala, huh?"
Sora tidak menggubris omongan Hyeri, ia justru ngloyor keluar dari ruangan tempat Hyeri sedang dirombak habis-habisan.
"Baiklah nona! Setelah ini kita akan melakukan manicure dan pedicure," kata sang stylist.
"Apa? Yaa~ Choi Sora kurang ajar! Kemana kau? Jangan tinggalkan aku!" Hyeri berteriak-teriak dalam saloon tersebut hingga membuat pelanggan yang lain memandangnya penuh minat dan tanda tanya.
"Lebih baik aku telpon dia sekarang," Sora mengeluarkan iPhone 4S nya dari dalam tas ransel yang ia gendong sejak tadi.
"Ayo cepat angkat Cho Kyuhyun!" bisiknya pelan, "ahhh~ yoboseo~! Cho, kau ada di mana sekarang?" tanya Sora pada Kyuhyun yang ada di seberang telepon.
"Oh! Masih di toko bakery? Iya, aku juga masih ada di salon. Sebentar lagi akan selesai, lalu bagaimana denganmu? Ahhh~ kau bersama dengan Ryeowook oppa ya sekarang? Baiklah! Segera selesaikan yang di sana, jangan khawatir! Masalah dorm sudah ditangani oleh Shindong oppa, Siwon oppa, dan Shi Kyo. Emmm...dan...," Sora berpikir sejenak, "ahhh~ sudahlah bye~ Cho!" Sora menutup sambungan telephone dengan Kyuhyun.
Ingin sekali Sora mengatakan sesuatu, namun ia mengurungkan niatnya tersebut, "mungkin lain waktu saja aku katakan masalah itu," putus Sora, ia segera kembali ke dalam ruangan saloon tempat Hyeri berada.
"Choi Sora, kemana saja kau, huh? Kau harusnya tak meninggalkan onnie mu ini sendiri!" tuntut Hyeri.
"Bilang saja tak ada yang diajak ngobrol!" Sora duduk di atas kursi tunggu, "aku baru telpon Kyuhyun."
"Eh? Eiyyy~ tumben kau telpon dia duluan? Aigoo~ semakin hari kau semakin tak bisa ya kalau tidak mendengarkan suaranya?" goda Hyeri.
Sora tak menjawab, kedua pipiya mulai merona merah, mungkin saja itu adalah sebab terselubung kenapa ia menelpon Kyuhyun barusan, namun kali ini ia hanya bisa diam, tidak mungkin kan dia menjawab bahwa ia baru saja menelpon Kyuhyun karena ingin menanyakan perihal persiapan kejutan yang ada diadakan beberapa jam lagi.
Hyeri tidak boleh tahu tentang hal ini, biarkan ini menjadi kejutan bagi mereka berdua.
*****
"Kyuhyun-ah! Coba kemari sebentar!" perintah Ryeowook.
"Kenapa memangnya?" Kyuhyun menghampiri Ryeowook yang berdiri di dekat etalase yang menjajakan berbagai macam roti, "aku baru saja menelpon Sora, katanya mereka sebentar lagi selesai dari salon, kita juga harus cepat!"
"Emmm," Ryeowook mengangguk, "menurutmu mana yang lebih baik?" Ryeowook membandingkan dua buah kue yang kelihatan begitu menggiurkan siapa pun orang yang melihatnya, "yang kanan atau yang kiri?"
"Terserah kau saja lah, hyung! Menurutku ambil saja semuanya kalau perlu," jawab Kyuhyun dengan enteng seakan tanpa beban sama sekali ketika ia mengatakan itu.
Ryeowook terkekeh, "baiklah, aku rasa kita bisa beli kedua-duanya!" Ryeowook berjalan menuju kasir, "kami mau pesan ini, tolong dibungkuskan!"
Wanita penjaga kasir sedikit tercengang melihat siapa orang yang ada di hadapannya, "Ahh~ aaa..umm..anggg...ba...ba..baik...lah! Tunggu sebentar, Ryeo..Ryeowook-ssi," katanya sedikit nerveous. Ryeowook tersenyum simpul pada wanita itu, mungkin saja ia adalah salah satu dari ELF.
Sementara Ryeowook sedang memmbayar kue yang mereka pesan, Kyuhyun berkeliling toko roti tersebut, hingga ia berhenti pada satu sudut kecil dari toko yang lumayan luas itu. Ada sesuatu yang tiba-tiba menarik perhatiannya.
*****
Sora membolak-balik majalah lama yang ada di hadapannya dengan ganas, "apa-apaan ini? Kenapa semua isi majalah ini membahas skandal mengenai Kyuhyun semuanya? Mulai dari Haneul, artis Thailand, Seohyun, kemudian Victoria, ahhhh~!" Sora membuang majalah itu sembarangan, "berita tidak bermutu!"
"Kau kenapa, Choi Sora-ssi?" tanya Hyeri, ia telah selesai dengan segala kepentingan saloon yang ia sendiri tidak tahu sebenarnya untuk apa ia melakukan semua itu.
Sora mlongo melihat sosok yang ada di hadapannya saat ini, "o...o...onnie? Ini kau?" Sora tergagap melihat Hyeri yang telah bertransformasi menjadi sangat menawan dengan balutan dress cantik dan penampilan yang berbeda dari biasanya. Membuat Sora lupa mengenai berita di majalah lama yang barusan ia baca.
"Kenapa? Aku jadi tampak makin cantik ya?" tanya Hyeri dengan penuh percya diri.
Sora mengangguk, "emmm, kau cantik sekali, onnie!" Sora mengacungkan kedua jempolannya ke udara, memberikan pujian kepada Hyeri, "mokpo pasti salut sekali!" tambah Sora.
Tak ada salahnya sekali-sekali memujinya, untuk hari special ini saja, pikir Sora. "Ayo! Kita harus segera pergi sekarang, onnie!"
"Kemana, Sora-ya?"
"Suatu tempat! Ayo!"
*****
"Sungmin-ah! Ayo cepat bawa baloon-baloon, terompet-terompet dan topi-topi ini ke lantai dua belas!" perintah Yesung.
"Kenapa harus aku, hyung?" Sungmin memasang tampang aegyo, "kenapa tidak kau saja?"
"Sudah lakukan saja! Jangan banyak protes! Aku harus membawa barang-barang lain."
 "Apa memangnya yang ingin kau bawa ke lantai atas?"
"Tabung gas!"
"Eh? Untuk apa bawa tabung gas?"
"Meniup baloon!" jawab Yesung polos.
"Mwoya?" Sungmin mlotot seketika, entahlah ia merasa mungkin kepala Yesung ini baru saja terbentur tembok atau semacamnya. "Hyung, lebih baik kau bawa ini ke atas! Biar aku yang urusi sisanya," Sungmin menyerahkan kardus yang berisi baloon, terompet dan topi untuk pesta ulang tahun kepada Yesung.
"Tapi...?"
"Sudahlah, hyung!"
Shindong tiba-tiba masuk ke dalam dorm lantai sebelas itu, "kenapa ini? Semuanya sudah beres?"
"Hampir, hyung!" sahut Sungmin.
"Oh! Baiklah, mari kita selesaikan sekarang! Biar aku bantu!" ujar Shindong.
*****
Sementara semua orang sedang mempersiapkan segala sesuatunya dengan rahasia, Donghae tengah berada di belahan lain dari Seoul bersama dengan dua member Super Junior lain, Lee Teuk dan Eunhyuk.
"Yaaa~ Teukie hyung! Hyukie~! Kenapa kita ada di sini?" tanya Donghae.
"Temani aku sebentar saja, Donghae-ya?!" pinta Lee Teuk.
"Tapi kita kan sudah berada di sini selama tiga jam," ujar Donghae.
"Dan tidak melakukan apapun," timpal Eunhyuk.
"Ayolah! Di sini udaranya enak, bukan begitu, Hyukie-ya?" Lee Teuk mlotot pada Eunhyuk, seakan-akan mengisyaratkan "kita harus bisa menahan Donghae pulang ke dorm sebelum jam yang telah di tentukan, lakukan apapun untuk menghambat waktu! Mengerti Hyukjae-ya?"
Eunhyuk menganggung dengan spontan karena takut kalau-kalau kejadian masa lalu terulang lagi, ia sama sekali tak mau kalau lehernya dicekik lagi oleh Lee Teuk.
Terkadang Eunhyuk berandai-andai kalau saja ia mahir bela diri seperti Sungmin, pasti Lee Teuk tak akan berani macam-macam dengan dirinya. Ya sayangnya hal itu hanya sebatas khayalan singkat Eunhyuk saja.
"Hyung, aku mau pulang sekarang! Aku capek, mau istirahat!" ujar Donghae.
"Andweee~~!" teriak Lee Teuk dan Eunhyuk nyaris bersamaan.
"Kenapa?" tanya Donghae polos, "kenapa tidak boleh?!"
"Pokoknya kita di sini dulu!" tukas Lee Teuk tak mau kalah.
"Tapi, hyung..."
*****
"Iya aku sudah ada di depan dorm kalian, kami akan masuk sekarang! Iya baik! Sudah jangan cerewet kau!" Sora menutup sambungan teleponnya, ia terlihat begitu kesal, tapi entah atas dasar apa ia sendiri juga tidak tahu dengan pasti.
"Kyuhyun yang menelpon?" tanya Hyeri yang berjalan beriringan dengan Sora, Sora mengangguk lemas, "sudahlah! Kenapa kau tiba-tiba jadi bad mood begini, Sora-ya?" Hyeri merangkul bahu Sora.
"Entahlah," Sora mengedikkan bahunya, "aku juga tidak mengerti, onnie."
Sora memencet bell sama seperti sebelumnya, tak berapa lama seseorang membuka pintu, "kalian lama sekali! Ayo cepat masuk!" perintahnya.
"Namanya juga ke salon," Sora merengut, "seperti Shindong oppa tidak tahu urusan wanita saja?!"
Hyeri hanya tersenyum di samping Sora, "annyeonghaseiyo, Shindong oppa!"
"Oi, annyeong~ Hyeri-ya!" Shindong terperangah, "wah kau cantik sekali hari ini, Hyeri-ya!"
Hyeri tersenyum malu-malu. Ia merasa ada yang aneh hari ini, dalam rangka apa ia harus diajak ke saloon dan dirombak habis-habisan seperti ini?
"Jadi secara tidak langsung kau mau bilang kalau Hyeri onnie tidak cantik di hari biasanya?" sela Sora skeptis.
"Ahhh~ anniyo~!" Shindong menjawab dengan cepat, ia menggoyangkan telapak tangannya di depan Hyeri, "bukan itu maksudku."
Hyeri tersenyum simpul, "sudahlah oppa tidak apa-apa! Aku paham kok, Sora memang sedang uring-uringan tidak jelas, jangan hiraukan dia!"
Sora tidak menggubris dan ngoloyor masuk ke dalam dorm.
"Apa di dalam ada Kyuhyun, oppa?" tanya Hyeri pada Shindong, "aku khawatir Sora akan melakukan sesuatu malam ini."
"Eh?"
*****
Ponsel Eunhyuk bergetar dalam saku celananya, menandakan ada sebuah pesan masuk yang minta segera dibaca.
"Hyung, aku kira kita harus segera pulang sekarang," ujar Eunhyuk setelah membaca pesan singkat tersebut.
Lee Teuk mengangguk paham dengan maksud Eunhyuk, "baiklah! Donghaae-ya kajja!"
"Bukankah katamu ingin di sini sedikit lebih lama, hyung?" protes Donghae.
Mungkin ia telah menyadari sesuatu yang tidak beres sedang terjadi.
"Ahhh~ karena kalian terus memaksa ingin pulang, lebih baik kita pulang sekarang, ayo!!"
Donghae memandang Eunhyuk dengan tatapan yang seakan mengisyaratkan "Hyukie-ya, apa yang terjadi dengan Teukie hyung? Apa dia tidak sehat?" sementara Lee Teuk tengah menarik tangan kanan Donghae dan tangan kiri Eunhyuk untuk segera pergi.
Eunhyuk hanya menggeleng, pasrah mengikuti sandiwara yang telah dipersiapkan oleh semua member Super Junior (minus KiBum, Hangeng, KangIn, dan Heechul) beserta Shi Kyo dan Sora.
*****
Lee Teuk membuka pintu dorm lantai dua belas itu, "eh? Kenapa lampunya dimatikan?"
Eunhyuk berjalan di belakang Lee Teuk, sementara Donghae berjalan setelah Eunhyuk.
"Awww~!" Eunhyuk menubruk sesuatu, "apa ini? Tabung gas LPG?! Siapa yang menaruh benda seperti ini di sini sih?"
"Hati-hatilah kalau berjalan, di sini gelap sekali, Hyukie-ya!" peringat Donghae dari belakang.
Lee Teuk menekan tombol untuk menyalakan lampu ruang tengah, dan...
"Saengil chukkae hamnida~! Saengil chukkae hamnida~! Saengil chukkae hamnida uri Mokpo, our sexiest Fishy, Lee Donghae~!" teriak seluruh member Super Junior plus Shi Kyo dan Sora dengan kencang, mereka meniup terompet dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun dengan heboh, bahkan ada pula yang ngedance dan hip-hop-an dengan liar, siapa lagi kalau bukan Yesung.
"Eh? Ada apa ini?" Donghae terperangah, ia membekap mulutnya dan tertawa penuh kebahagiaan, matanya juga berkaca-kaca karena terharu, "kalian mempersiapkan ini semua?" Donghae mengedarkan pandangannya memandang setiap sudut ruangan dorm Super Junior yang telah disulap menjadi tempat yang bertebaran pita dan baloon di mana-mana.
Bahkan ada sebuah banner bertuliskan 'Haeppy 26th BirthD-Hae!' dengan font lumayan besar yang sengaja dipasang di tembok.
"Tentu saja kami yang mempersiapkannya! Kau suka oppa?" tanya Shi Kyo mendekati Donghae sambil membawa sebuah kue ulang tahun dengan lilin berbentuk angka 26 di atasnya. Sora mengikuti Shi Kyo dengan membawa sebuah kue ulang tahun juga yang ada lilin berbentuk 'Birthday' diatasnya.
"Emmm," Donghae mengangguk, Donghae merasa terharu dan sangat senang karena tahun ini mereka semua telah mempersiapkan sebuah pesta ulang tahun khusus untuknya.
Tapi ada yang berbeda di sini, sesuatu seperti terlewatkan, ia merasa salah dengan struktur orang yang ada di sekitarnya.
"Ayo tiup lilinnya, oppa!" ujar Sora, "buat permohonan dulu!" tambah Shi Kyo.
Donghae tidak mendengarkan, wajahnya berubah seketika, "ada yang absent?" ia memandang wajah orang-orang yang ada di ruangan itu satu persatu, "kemana 'dia'?" Donghae menyadari ketidak beradaan Hyeri di sekitarnya, "kemana Hyeri?"
Semua orang yang ada di sana tiba-tiba memasang tampang murung, "onnie... dia tidak bisa datang," ujar Sora pelan.
"Kenapa?" air muka Donghae berubah jadi sedih.
"Ia ada urusan penting yang tidak bisa ditinggalkan," jawab Siwon tanpa diminta.
Donghae benar-benar merasa sangat hampa kali ini, kenapa harus di hari ulang tahunnya?
"Sudah Donghae-ya! Jangan bersedih! Kau masih bisa menelpon dia nanti kan?" tukas Lee Teuk berusaha menjadi bijak.
Semua member Super Junior mengerubuni Donghae, mereka berusaha meyakinkan Donghae untuk bergembira di hari ulang tahunnya, tapi bagaimana bisa? Mana mungkin ia bersenang-senang apabila itu berarti tanpa Hyeri di sampingnya? Itu tidak akan berhasil.
*****
Hyeri mondar-mandir dalam kamar Lee Teuk dan Donghae, "kenapa lama sekali sih?" ia merasa gelisah dan tidak tenang.
Tiba-tiba pintu kamar itu terbuka, seseorang menyembulkan kepalanya, "Hyeri-ya! Bersiaplah sebentar lagi!"
"Ahhh~ Sungmin oppa, apakah dia sudah datang?"
"Sudah!" Sungmin melemparkan sebuah topi ulang tahun kepada Hyeri, "pakai itu!"
"Ba...baik!" Hyeri memakai topi itu sesuai dengan arahan Sungmin, ia memainkan jarinya ketika ia sedang gelisah seperti saat ini, "bagaimana reaksinya nanti, ya?" bisiknya pada dirinya sendiri.
*****
"Ayo cepat potong kuenya oppa!"
Donghae memotong kuenya seperti yang diperintah Shi Kyo padanya, entah mengapa rasanya pesta ini sangat tidak menyenangkan tanpa Hyeri.
"Lee Donghae-ssi, kenapa kau murung begitu?" tanya Kyuhyun, "ini kan ulang tahunmu, seharusnya kau bahagia," timpal Siwon.
Yesung dan Shindong diam-diam menahan tawa mereka karena telah berhasil membohongi Donghae.
Sungmin kembali nimbrung bersama dengan saudara-saudaranya yang lain di sekitar Donghae.
Shi Kyo dan Sora saling berbisik kemudian tersenyum penuh arti.
Ryeowook menyuapi Shindong kue ulang tahun yang sudah dipotong oleh Donghae barusan.
"Kelihatannya kau tidak enak badan! Kalau begitu kau istirahat saja di dalam kamar, Donghae-ya!" usul Eunhyuk.
"Tapi kalian kan ada di sini! Mana mungkin aku meninggalkan kalian? Kalian sudah susah payah mempersiapkan pesta ini untukku."
Siwon menggeleng, "apa gunanya kami di sini kalau yang berulang tahun saja seolah tidak di sini?"
"Sudah istirahat saja dulu dalam kamar! Nanti kita lanjutkan lagi! Pesta ini terasa hambar bila kau bersedih," kata Lee Teuk.
Donghae hanya menurut dan masuk ke dalam kamarnya.
Dan tiba-tiba...
"Saengil chukkae hamnida, Lee Donghae-ssi!" ujar seseorang dengan ceria begitu Donghae masuk ke dalam kamar, "kau sudah semakin tua, karenanya bersikaplah lebih dewasa sekarang! Kau sudah bukan lagi anak berusia 5 tahun, kau tahu kan?!"
Donghae tercengang, pupil matanya melebar, "siapa kau? Kenapa ada di dalam kamarku?"
Orang itu tersenyum masam, "yaaa~ mokpo jelek! Kepalamu terbentur tembok, huh? Bagaimana kau lupa siapa aku?"
"Goo Hyeri?" Donghae berteriak kaget, "itu benar kau? Apa yang terjadi dengan rambutmu? Tadi kata Siwon kau tidak bisa datnag, tapi kenapa.... Ahhh~ aku ditipu?!" Donghae menepuk kepalanya sendiri, "dasar kalian semua, awas saja nanti!" Donghae mengancam member Super Junio ryang lainnya.
"Gaya rambutku yang baru benar-benar jadi masalah rupanya," Hyeri menggaruk-garuk pipinya yang tidak gatal sama sekali.
"Goo Hyeri~!" Donghae merajuk lalu secara tiba-tiba ia segera memeluk sosok orang paling berharga dalam hidupnya itu.
"Mokpo, apa yang kau lakukan? Lepas! Aku sesak napas! Mokpo!"
"Aku senang kau ada di sini!" Donghae mengeratkan pelukannya. Baginya tidak ada yang lebih baik dibangingkan dengan kehadiran Hyeri di sisinya, ia adalah kado terbesar dalam hidupnya. "Mokpo, lepas!" Donghae melepaskan pelukan eratnya dengan enggan walau pun ia tahu kalau Hyeri tidak akan menghilang dari pandangannya setelah ia melepas pelukannya.
"Maaf aku tidak membawa kado apa-apa," ucap Hyeri murung setelah Donghae melepas pelukannya.
Donghae terkekeh kecil mendengar ucapan Hyeri.
"Apanya yang lucu?"
"Tidak ada," Donghae membelai rambut Hyeri penuh kasih, "kehadiranmu itu saja sudah cukup sebagai kado di ulang tahunku, kau paham?"
Hyeri tersenyum simpul, "jangan bohong! Jujur saja kau mau kado apa dariku?" desak Hyeri pada Donghae.
"Benarkah?" Donghae nampak berpikir sebentar, kemudian ia tersenyum penuh arti, "kurasa aku tahu!"
"Kenapa kau tersenyum seperti itu?" tanya Hyeri was-was dengan apa yang sedang ada dalam benak kekasihnya itu. Ia tahu benar bahwa kekasihnya ini mungkin memiliki peluang untuk meminta sepuluh hal teraneh di dunia ini sebagai kado ulang tahun mengingat betapa tenarnya dia di kalangan para ELF.
"Itu... aku...emmm..." Donghae menggaruk tengkuknya, "bagaimana aku mengatakannya ya?"
"Palli marhaebwa~!"
"Aku mau...popo."
"Apa?" Hyeri mlotot, tak pernah ia menyangka bahwa Donghae akan meminta hal itu sebagai kado ulang tahun darinya. Bagaimana bisa Donghae meminta sebuah ciuman?
"Ayolah! Aku hanya bisa meminta kado ini padamu, tidak mungkin aku minta kado ini dari Shi Kyo atau Sora, kan?" goda Donghae.
"Yaaa~ kau tidak waras Lee Donghae?!"
Donghae pun....ehemm...
(Sensoooorrr!!! Okay, kalian pasti pada tahu sendiri lah bagaimana kelanjutan ceritanya, aku gak kuat nulis adegannya, bayangin aja sendiri sesuai dengan imajinasi kalian masing-masing, arraseo!?!)
*****
Siwon mendekati Shi Kyo yang tengah duduk di meja makan, "keberatan kalau aku temani?" ia mengambil kursi dan duduk di hadapan Shi Kyo.
"Mau apa kau kemari?" Shi Kyo masih menunjukkan tanda-tanda bahwa ia belum memaafkan Siwon.
"Kenapa kau terus marah padaku, Shi Kyo-ya?" tanya Siwon dengan muka melas.
"Pikir saja sendiri!" jawab Shi Kyo ketus. Ia memainkan sendok dan garpu yang ada di hadapannya.
Siwon menelan ludahnya dengan berat, "apa yang harus aku lakukan supaya kau memaafkanku?"
"Tidak ada!" jawab Shi Kyo cepat, "lagipula kau kan tidak berbuat salah apa-apa jadi kau tidak perlu meminta maaf."
Siwon hanya diam, ia tahu betul sorot mata gadis di hadapannya itu mengisyaratkan hal yang berbanding terbalik dengan apa yang baru saja ia lontarkan.
"Mari kita saling jujur satu sama lain!" pinta Siwon, sementara Shi Kyo tidak menanggapi apa-apa.
"Kalau kau terus marah padaku seperti ini aku lebih baik mati saja!" kata Siwon frustasi.
"Yaaa~ Siwon Choi! Jaga bicaramu!" teriak Shi Kyo tiba-tiba, "aku benar-benar tak akan pernah memaafkanmu bila kau bicara seperti itu lagi," ancam Shi Kyo.
"Kalau begitu maafkanlah aku, ya?!"
Shi Kyo diam tidak tahu entah dia harus mengatakan iya atau tidak.
"Kau tahu kan bahwa aku hanya mencintaimu, Shi Kyo-ya?" ucap Siwon, "aku sama sekali tidak ada hubungan apa-apa dengan Lee Si Young!"
Shi Kyo mendelik terhadap Siwon.
"Kami ini hanya sebatas partner kerja," Siwon mempertegas, "dan masalah adegan-adegan yang mengharuskan aku topless di dekat dia itu hanya karena aku harus bisa professional, kau paham?"
Shi Kyo menundukkan wajahnya, jauh dalam hatinya ia tahu bahwa apa yang dikatakan oleh pria itu ada benarnya, Siwon sama sekali tidak berniat untuk melukai perasaannya, ia hanya berusaha untuk bersifat professional atas pekerjaannya sebagai aktor.
"Maafkan aku karena egoku terlalu tinggi, Siwon oppa!" ujar Shi Kyo pelan, "jeongmal mianhamnida."
Shi Kyo merasakan sebuah penyesalan telah menyelusup masuk ke dalam relung hatinya, tidak seharusnya ia bersikap kekanak-kanakan dan marah pada Siwon karena hal itu.
"Aku ini sudah 16 tahun tapi masih saja bersifat kekanak-kanakan, maaf kau harus memiliki pacar yang seperti aku, Choi Siwon-ssi."
"Yaaa~ Han Shi Kyo-ssi! Berhenti mengatakan hal-hal seperti itu!" Siwon memegang tangan Shi Kyo, "aku tak mau mendengarmu mengatakan itu! Aku justru bangga punya seorana pacar yang sebaik dirimu."
Shi Kyo tersenyum kepada Siwon.
"Jadi kita baik-baik saja sekarang?" tanya Siwon gelisah.
Shi Kyo mengangguk malu-malu, mereka saling tersenyum satu sama lain.
*****
"Sora-ssi!" panggil Kyuhyun.
"Kenapa?" jawab Sora ketus.
Kyuhyun menarik tangan Sora ke dapur, satu-satunya tempat di mana ia bisa bicara berdua dengan Sora.
"Kau sudah makan?" tanya Kyuhyun.
"Belum sempat karena tadi aku harus menunggui Hyeri onnie di salon," jawab Sora seadanya.
"Emmm," Kyuhyun mengangguk, "sudah kuduga, kalau begitu ambillah ini!" Kyuhyun menyerahkan sebuah kotak warna pink kepada Sora.
"Apa ini?" Sora menimang-nimang kotak itu, "boleh aku buka sekarang?"
"Terserah kau saja!"
Sora membuka kotak itu dan ternyata ada beberapa cupcakes di dalamnya.
"Tadi aku membelinya sewaktu di toko bakery," kata Kyuhyun, "kau suka makan cupcakes bukan?"
Sora lagi-lagi dibuat terenyuh oleh perlakuan istimewa dari Kyuhyun, pria di hadapannya ini selalu saja memperhatikannya lebih dari siapa pun bahkan dirinya sendiri, "Cho Kyuhyun..."
"Apa?"
Sora menatap Kyuhyun dengan pandangan mata yang sulit untuk diartikan apa maksudnya, "gomawo!" pipinya merona merah kali ini.
Kyuhyun terkekeh kemudiam mengacak-acak rambut Sora dengan gemas, "kenapa pipimu merona, huh? Kau tambah jelek Choi Sora-ssi!" ujar Kyuhyun dengan nada menggoda.
"Yaaa~ Cho Kyuhyun sialan!"
"Awww~" Sora menendang tulang kering Kyuhyun lumayan keras, "kenapa kau menendang kakiku?" Kyuhyun mengelus kaki kanannya yang sakit gara-gara tendangan Sora barusan.
"Kau berani sekali mengataiku jelek?! Terimalah akibatnya, Cho Kyuhyun-ssi," Sora melengos meninggalkan Kyuhyun sendirian.
"Hey, Choi Sora!!! Aish~ sakit sekali," Kyuhyun mengejar Sora dengan jalan yang terseok-seok.
"Tunggu aku!"
*****
"Hyung, kau sedang apa?" tanya Ryeowook pada Yesung.
"Kau tidak bisa lihat?" Yesung sedang meniup beberapa buah baloon.
"Bukan itu maksudku," Ryeowook membenarkan, "maksudku adalah kenapa kau menduduki baloon-baloon itu?" Ryeowook menunjuk dua buah baloon yang sedang diduduki oleh Yesung.
"Oh ini?! Tidak apa-apa!" jawab Yesung santai.
Ryeowook hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku hyung nya yang satu ini, "ia sungguh aneh."

~~~THE END~~~

A/AN : Yeahhhhhh~~ this is Choi Sora!! I'm finally back with another fanfiction dedicated for our lovely yet sexy Fishy, Lee Donghae~!!!! Happy 26th Birthday yeah, oppa :D Thank you so much for being born as Lee Donghae ^^~ Keep shining like a star yeah oppa! I hope that all your dreams come true. great health is what I want you to have the most. I hope that you have a wonderful birthday, you’ll enjoy everything you do, and you’ll forever be our cute,sexy,handsome fishy. We loved you~

P.S Sorry ya buat Shi Kyo-ssi ama Hyeri-ssi, ff ini kacau balau, mian deh pokoknya kalau ga sesuai dengan harapan /(^/|\^)\ *ngedance sorry-sorry* aku udah berusaha sebisa mungkin untuk mensukseskan project ini, tapi ya beginilah hasilnya, jangan sembelih aku ya *wink* eheheheh~ *kabur ke Korea*

Aku kasih bonus pictures Donghae buat yang udah mau ngebaca ff abal-abal karya penulis ababil seperti aku, nyahahahaha~ *ketawa epil* berikut ini dia :



Selasa, 11 Oktober 2011

Depression Days

Berulang kali Sora membentur-benturkan kepalanya ke meja belajar dimana ia sedang duduk tepat di hadapannya.
"Tidak bisa! Tidak bisa! Aku tetap tidak bisa konsentrasi!"
Sora menyerah, kali ini ia sudah merasa tak sanggup lagi. Segala macam usaha sudah ia coba satu per satu, mulai dari membenturkan kepalanya ke tembok, ke meja belajar, ke lemari pakaian, ke pintu, memukulnya dengan apapun yang bisa ia temukan di dalam kamarnya, dengan pensil, tas, handphone, bahkan kamus bahasa inggris tebal kepunyaannya sekalipun tetap tidak mampu menghapus bayang-bayang pengganggu itu dari benak Sora.
"Aigoo, kenapa dengan kepalaku sebenarnya? Kenapa aku serasa tidak bisa mengendalikan kepalaku sendiri?" Sora tak henti-hentinya melakukan tindakan penganiayaan terhadap kepalanya sendiri, "ayolah! Kepala bodoh, berhenti memikirkannya! Kumohon menurutlah kali ini!"
Sora semakin frustasi, ia mengacak-acak rambutnya hingga berantakan tak karuh-karuhan kemudian segera bangkit dari duduknya, "besok aku ada ulangan matematika, kau tahu kan Choi Sora? Karena itu kalau kau tetap memikirkan masalah itu, maka kau akan mengikuti remidial test lagi, kau paham kan?" Sora berbicara pada dirinya sendiri. Sekarang sudah pukul 10:40 p.m di rumah Sora dan ia masih uring-uringan tidak jelas perihal masalah yang baru ia dengar kemarin dari internet.

Super Junior’s Leeteuk and Kang Sora confirmed for ‘We Got Married’

"Ah~~!" Sora mendesah, perutnya tiba-tiba berbunyi sebagai bentuk protes karena belum diisi makanan atau minuman sama sekali sejak tadi siang, "bukan hanya kepalaku tetapi juga perutku tidak mau diajak kompromi."
Sora membuka kenop pintu kamarnya, ia melangkah gontai menuju dapur.
Tenaga yang ia miliki saat ini tidak sampai tersisa setengah, "ahh~ lemasnya!" ia membuka kulkas yang terletak di dekat counter. Sora baru sadar setelah melihat isinya yang begitu memprihatinkan, hanya ada tiga batang wortel, seperempat kilo cabe, beberapa buah tomat merah, dan sebonggol brokoli hijau di sana. Sora membuang napas berat. "Salahku tidak pernah berbelanja bahan makanan," ia kemudian beralih ke rak makanan yang ada di dekat kompor. Sora membuka satu per satu pintu rak itu, namun sungguh naas, ia sama sekali tidak menemukan apapun yang bisa dimakan lantaran ramyeon yang biasa ditaruh di sana telah habis dikonsumsi oleh dirirnya sendiri selama empat hari terakhir.
"Baiklah, ini juga berarti kau harus segera berhenti banyak makan ramyeon, Choi Sora!" ujar Sora makin terdengar lemas.
"Aku bisa makin kurus kalau tidak segera makan," kemudian tiba-tiba Sora teringat akan sesuatu hal.
"Oh iya! Itu kan masih ada!"
Sora berpindah dari dapur ke kamarnya lagi. Ia menggaruk-garuk kepalanya seakan ia sedang berpikir keras untuk mengingat sesuatu, "dimana ya terakhir kali aku meletakkannya?"
Sora membuka tas ranselnya yang tergeletak sembarangan di lantai, "sepertinya di sini, ahha~ ini dia!" ia mengeluarkan sebuah benda kecil berbentuk persegi panjang, ya sebungkus chocolate bar yang dulu diberikan Kyuhyun untuknya. Sora memang sengaja menyimpannya dan tidak memakannya waktu itu. Ia tahu bahwa saat-saat sulit seperti ini pasti akan datang, dan ia sungguh sangat bersyukur karena keputusannya untuk tidak segera memakan chocolate bar itu adalah tepat.
"Cho Kyuhyun, terima kasih! Kau benar-benar sangat membantu," Sora bergumam seraya membuka kemasan chocolate bar itu lalu memasukkannya ke dalam mulutnya dengan lahap, "ini merupakan coklat terenak yang pernah aku rasakan seumur hidupku," katanya terharu.
Sora menjilati sekitar mulutnya yang belepotan dengan coklat. Tak butuh waktu lama bagi orang starving seperti Sora untuk segera menghabiskan sebungkus chocolate bar.
Sora tidak membuang kemasan chocolate bar itu, melainkan menyimpannya ke dalam laci meja belajarnya. Ia tersenyum simpul, namun sesaat kemudian senyuman itu menguap ke udara bebas tak berbekas.
"Ahh~~ iya aku belum belajar! Besok ada ulangan pada jam pertama! Bagaimana ini?" Sora mulai kebakaran jenggot, malam semakin larut dan ia sama sekali belum mencoba latihan mengerjakan satu pun soal matematika. Walaupun ia sudah mengganjal perutnya, namun ia masih merasa kelaparan, dan masalah siang tadi tiba-tiba kembali menghantui batin Sora. Lengkaplah tekanan batin yang dialami Sora kali ini.
"Aku tak sanggup lagi!" Sora mematikan lampu kamarnya. Ia menyerah kemudian segera melompat ke atas kasur empuknya di sisi ruangan kamar.
 "Persetan dengan ulangan besok! Aku juga tidak peduli dengan mereka! Biarkan saja mereka melakukan apa yang mereka mau lakukan! Dan perutku ini, ahh~ besok saja akan kuberi makan."
Mungkin memang istirahat lah satu-satunya hal yang paling dibutuhkan oleh Sora, dalam keadaan seperti saat ini memang sangat tidak memungkinkan baginya untuk belajar meresapi ilmu hitung-hitungan yang merupakan musuh bebuyutannya sejak Sekolah Dasar.
*****
Pagi ini Sora terbangun dengan kantong mata yang terlihat sangat jelas di wajahnya. Namun ia sama sekali tak menghiraukannya, ia segera bangkit dari kasur tanpa merapihkannya kembali. Sora berjalan gontai menuju kamar mandi, sepertinya jam tidurnya telah terpangkas oleh kebiasaan bergadangnya yang bisa sampai larut malam.
Sora melihat pantulan dirinya yang sungguh mengenaskan di cermin yang ada di kamar mandi, ia lalu mencuci mukanya dengan facial foam. Ia menggosok giginya dengan kilat kemudia beralih ke shower yang telah menantinya. "Pastikan kau tidak kehabisan sabun lagi, Choi Sora!" peringat Sora pada dirinya sendiri.
Setelah selesai membersihkan diri, Sora segera mengganti pakaiannya dengan seragam sekolahnya, ia memilah-milah buku yang akan ia perlukan di sekolah hari ini kemudian mengepaknya menjadi satu ke dalam tas ranselnya.
"Hari ini pelajarannya Matematika, Fisika, Sastra Korea, dan terakhir Kimia... Ahh~~ tidak pernah kah sekali saja aku terbebas dari pelajaran-pelajaran ini?" keluh Sora tak berarti. Ia segera keluar dari kamarnya, langsung bergegas ke garasi untuk mengambil sepeda gunung Donghae yang tempo hari ia pinjam.
Sora tinggal bersama kakek dan neneknya, dan untuk beberapa hari ini mereka sedang berada di luar kota sehingga Sora tinggal di rumah sendirian. Jika tidak ada kakek dan nenek Sora, maka tak akan ada yang mengurusi Sora dan rumahnya. Wajar saja, sejak kecil Sora paling tidak bisa yang namanya megerjakan pekerjaan rumah. Lagi pula ia selalu dilarang oleh neneknya untuk mengerjakan pekerjaan rumah karena takut kalau ia hanya akan mengacaukan segalanya yang sudah tertata dengan rapi.
Sora menuntun sepeda kepunyaan Donghae itu keluar dari garasi, sepeda itu berwarna ungu.Sora berpikir bahwa sepeda ini mungkin adalah kepunyaan Goo Hyeri yang Donghae pinjam atau kemungkinan keduanya adalah Donghae hendak memberikan sepeda ini untuk Hyeri sebagai kado atau mungkin juga kemungkinan ketiga bahwa sepeda ini adalah pemberian dari seorang fan. Berarti peluangnya ada satu per tiga. "Tunggu dulu! Kenapa aku jadi memikirkan peluang?" tanpa sadar Sora baru saja mengaitkan suatu kejadian dengan bab matematika yang akan menjadi tema ulangannya hari ini.
Sora tak mau berpikir terlalu lama, ia segera menaiki sepeda itu begitu sampai di luar pelataran rumahnya.
*****
Sora tidak membawa sepeda itu ke sekolah kali ini, ia membawa sepeda itu ke tempat yang semestinya ia berada.
"Jadi di sinilah kau sekarang, Choi Sora! Masih sama seperti beberapa hari yang lalu," Sora menuntun sepeda Donghae memasuki basement gedung Sharp Star City tower C.
"Annyeonghaseiyo ahjussi," sapa Sora pada panjaga yang juga ia temui tempo hari ketika ia berkunjung untuk numpang mandi di sini.
"Oh, kau datang lagi....," pria itu nampaknya lupa nama Sora, ia terlihat sedang mengingat-ingat.
"Choi Sora!"
"Ahh~ iya, Choi Sora-ssi!" pria itu memperhatikan benda yang ada di samping Sora, "apa anda ingin saya membawa sepeda itu ke ruangan mereka?"
"Anniyo ahjussi! Terima kasih atas niat baikmu, tapi aku rasa aku saja yang mengantar sepeda ini ke atas," tolak Sora dengan halus, "tidak apa-apa kan?".
"Apa anda yakin, Sora-ssi?"
"Iya, tentu saja, ahjussi! Senang bertemu denganmu lagi, ahjussi," ujar Sora sambil melangkah menuju elevator.
Di dalam elevator, Sora kembali memencet tombol yang ada di sana. Namun kali ini sedikit berbeda, ia tidak lagi memencet angka sebelas melainkan angka dua belas.
"Lebih baik aku langsung ke apartment Donghae oppa!" tukas Sora.
*****
Sora sampai di lantai dua belas, ia menyusuri lorong dengan berbagai pintu di sepanjang dinding lorong.
"Kalau tidak salah yang ini," Sora sampai di depan sebuah pintu yang ia yakini merupakan pintu apartment member Super Junior yang lain, selain yang ada di lantai sebelas.
Sora memencet bel sekali dua kali, "aku harap ia tidak marah padaku."
Seseorang membuka pintu, "Oh! Sora-ya! Kenapa kau kemari?" tanyanya sambil memegang sebungkus makanan ringan, "pacarmu kan tinggal di lantai sebelas bukan dua belas!"
"Shindong oppa!" teriak Sora, "kenapa memangnya kalau aku kemari, huh? Aku tidak lupa ingatan, oppa! Lagi pula aku kan tidak perlu selalu ada urusan dengan 'dia' untuk datang kemari?"
"Iya, baiklah baik! Lalu ada urusan apa kau kemari?" Shindong melihat benda yang di sebelah Sora, "dan ini...untuk apa kau membawa sepeda ini kemari?"
"Emmm, apa Donghae oppa ada di dalam?"
"Ada, masuklah!" Shindong mempersilahkan Sora untuk masuk ke dalam apartment, "dan sepeda itu tidak bisakah kau tinggalkan di luar saja?"
"Tidak bisa!"
Shindong memanggil Donghae yang sedang berada di dalam kamarnya dan Lee Teuk, "Donghae-ya! Kau dicari Sora."
"Eh? Sora? Sora siapa yang kau maksud?" tanya Lee Teuk yang saat itu juga sedang berada di dalam kamar yang ia bagi bersama Donghae.
"Choi Sora! Pacarnya Kyuhyun. Memangnya Kang Sora mungkin kesini apa, hyung?"
"Tumben sekali," Donghae melangkah keluar dari kamar, meninggalkan Shindong bersama Lee Teuk, "annyeong Sora-ya!"
"Annyeong, oppa!"
"Ada perlu apa mencariku? Tidak biasanya sekali."
"Ahh~ aku mau mengembalikan itu," Sora menunjuk sebuah sepeda yang tadi ia letakkan di dekat pintu.
"Sepedaku?!"
"Maaf aku meminjamnya tanpa ijin dulu darimu, oppa," sesal Sora, "sebenarnya waktu itu 'dia' yang membrikan sepeda itu padaku agar aku tidak telat pergi ke sekolah."
"Ya sudahlah tidak apa-apa! Aku juga sudah mendengarnya dari Kyuhyun."
"Benarkah?"
"Sebenarnya aku mau menggunakan sepeda itu untuk berkencan dengan Hyeri, tapi kau boleh memilikinya kok kalau mau?" tawar Donghae.
"Ahhh~ tidak usah, Donghae oppa! Aku benar-benar merasa tidak enak karena aku telah merusak rencanamu."
"Sudahlah! Santai saja!"
Sora bernapas lega sekarang, "maaf sekali lagi oppa!"
"Sudah lupakan saja!"
Lee Teuk keluar dari kamarnya menuju tempat Donghae dan Sora berada, "Sora-ya, annyeong!"
"Oh, Lee Teuk oppa! Annyeong!"
"Bagaimana kabarmu?" tanya Lee Teuk.
"Baik! Oppa?"
"Aku juga baik," Lee Teuk tersenyum, "kau sudah tahu?"
Sora menatap Lee Teuk dengan sedikit bingung, "apa?"
"Dia kan mengikuti We Got Married bersama Kang Sora, Sora-ya," ucap Donghae tanpa diminta, "kalian memiliki nama yang sama," tambahnya.
Kenapa di saat seperti ini ia harus mengingatkan Sora lagi sih? Butuh waktu semalaman untuk Sora melupakan berita yang sedang santer beredar di kalangan para ELF itu.
"Ooo, aku sudah dengar kok!" kata Sora lemas.
"Benarkah? Bagaimana menurutmu Sora-ya?" tanya Lee Teuk antusias.
Apa pria satu ini sama sekali tidak bisa membaca air muka Sora yang berubah drastis? Bisa-bisanya ia menanyai Sora dengan begitu antusias.
"Aku turut bahagia atas pernikahanmu, oppa!" Sora tersenyum masam.
"Aigoo, sepertinya Sora kita yang satu ini kurang terlalu suka, ya?" goda Donghae.
"Apa benar begitu?" tanya Lee Teuk.
"Ahh~~ tidak kok oppa!" Sora mengelak, "aku bukannya tidak suka tetapi aku hanya merasa aneh saja karena kami memiliki nama yang sama."
"Begitu, ya?" Lee Teuk mengangguk-angguk, "lalu apa menurutmu kami adalah pasangan yang serasi?"
"Yah dari episode pertama yang aku tonton kemarin malam sih, menurutku masih belum kelihatan," Lee Teuk cemberut, "aku baru bisa berkomentar setelah episode selanjutnya ditayangkan di TV," ujar Sora lagi.
"Baiklah! Nanti kau harus memberi tahu oppa bagaimana pendapatmu, arrachi?"
"Kenapa begitu?"
"Dengar ya, Choi Sora! Leader kita yang satu ini selalu menanyai setiap orang yang ia temui mengenai chemistry yang terbentuk di antara dia dan Kang Sora," kata Donghae, "jadi turuti saja apa omongannya! Nampaknya ia begitu bahagia karena sudah menikah," tambah Donghae.
"Ahh~ aku paham oppa!" kata Sora seraya mengangguk, "ngomong-ngomong, bagaimana perasaan oppa?" tanya Sora pada Lee Teuk, "kenapa kalian mengatakan 'senang berjumpa denganmu' berkali-kali pada episode pertama?"
"Emmm, itu karena kami berdua terlalu gugup, dan suasananya begitu kaku. Maklum saja, itu adalah pertemuan kedua kami, dulu sewaktu pertemuan pertama kami di Strong Heart aku tidak sempat menyapa atau bahkan berbincang-bincang dengannya," jawab Lee Teuk, "jujur aku sangat senang karena dia yang menjadi 'istri'ku sekarang."
"Dia bahkan menggosok giginya berulang kali dan menyemprotkan parfum armani kepunyaan Siwon sekitar tiga kali saking gugupnya," timpal Donghae sambil tertawa terbahak-bahak.
Lee Teuk tertawa garing, diikuti oleh Sora yang hanya mrenges kaku, merasa tak mampu menemukan bagian lucunya dimana sehingga bisa membuat Donghae tertawa sampai terbahak-bahak.
"Sora-ya, kau tidak berangkat ke sekolah? Ini sudah jam setengah tujuh loh!" ujar Shindong yang baru keluar dari kamar Lee Teuk dan Donghae, masih dengan sebungkus makanan ringan dalam genggamannya.
"Ahh~ iya!" Soar menepuk jidatnya lumayan kencang, "oppa, aku harus segera pergi, kapan-kapan aku akan mapir lagi!" Sora bersiap untuk angkat kaki.
"Apa kau butuh sepedaku? Kau boleh membawanya," tawar Donghae.
"Tidak! Terima kasih!" Sora menggeleng cepat, "aku bertujuan mengembalikannya kemari pagi ini, bukan untuk memintanya."
"Yasudah, hati-hati di jalan ya, Sora-ya!" peringat Donghae.
"Jangan lupa mampir lagi, Sora-ya!" kata Shindong.
"Jangan lupa nonton WGM episode Lee Teuk-Kang Sora!!" teriak Lee Teuk saat Sora sudah berada di ambang pintu, "baiklah, ahjussi! Aku tak akan lupa!" teriak Sora.
*****
Sora berlari dengan kencang menuju halte bus terdekat dengan gedung Sharp Star City. Ada dua buah bus yang ada di sana, satunya berwarna hijau dan yang lainnya berwarna kuning.
Di Korea ada empat macam bus dengan warna berbeda yang biasa beroperasi.
Yang pertama adalah bus yang berwarna biru untuk melayani jalan-jalan utama jarak jauh. Kedua bus warna hijau untuk melayani  rute-rute antara stasiun bawah tanah dan daerah-daerah pemukiman terdekat. Ketiga bus warna merah melayani rute-rute antara pusat kota dengan kota pusat bisnis utama lainnya. Dan yang terakhir adalah bus warna kuning melayani jalan-jalan lingkar di pusat kota atau pusat-pusat bisnis kecil.
Sora segera naik ke dalam bus warna hijau yang ada di halte itu, "untunglah masih sempat," Sora menghela napas lega.
Sora menggesekkan kartu transportasi serbaguna yang ia punya pada mesin yang ada di sebelah pak supir, sehingga ia tidak perlu membayar dengan uang pas. Kartu transportasi itu memudahkan para penduduk Korea jika ingin menaiki kendaraan umum seperti subway atau bus. Kartu transportasi tersebut juga dapat diisi ulang setiap saat.
Sora segera mengambil tempat duduk paling belakang. Bus itu segera membawanya melaju ke sekolah tempat dimana ia menuntut ilmu setiap hari.
*****
"Maaf, apa Choi Sora ada di sini?" tanya seorang siswi pada salah seorang murid XI-7.
"Belum datang."
"Oh! Nanti kalau dia sudah datang, bilang saja aku mencarinya."
"Kenapa kau mencariku, Han Shi Kyo-ssi?" tanya Sora yang baru tiba di depan pintu kelasnya.
"Yaaaa~! Choi Sora!" teriak siswi yang tenyata bernama Han Shi Kyo itu.
"Ya~! Jangan berteriak!" Sora membekap mulut Shi Kyo, "apa kau mau membuatku tuli seketika, huh?"
"Ahh~ Sora-ssi! Kau sudah tahu kan?"
"Perihal apa?" Sora ngeloyor masuk ke dalam ruang kelasnya, ia menaruh tas ranselnya di atas bangku.
"Sora-ya, annyeong! Kau sudah kerjakan PR fisika?" seorang siswi menyapanya.
"Oh, annyeong Seon Yoo Jin-ssi! Belum! Nanti saja pinjam punyanya Jang MaRi," Sora kembali ke depan pintu kelasnya di mana Shi Kyo sedang menunggunya di sana.
"Ada apa sih?"
Shi Kyo menarik lengan Sora dengan segera, "aku mau cerita!" suaranya serak, matanya berkaca-kaca, nampaknya sebentar lagi gadis ini akan segera menangis di depan Sora.
"Yaaa~ kau kenapa?"
"Kau tahu kan, Lee Si Young?"
"Lee Si Young?" ulang Sora, "kalau tidak salah, dia aktris yang bermain di Poseidon bersama Siwon, benar bukan?"
"Emmm," Shi Kyo mengangguk, air matanya sudah melai turun membentuk sungai kecil di pipinya, "lihat ini!" ia menyerahkan ponselnya pada Sora.
"Ige mwoya?" teriak Sora cukup kencang sesaat setelah melihat apa yang terpampang di layar ponsel sahabatnya itu.
Foto Siwon yang berdegan topless dalam salah satu scene Poseidon dan ada Lee Si Young yang tidur di sebelahnya bahkan naik dan menginjak punggungnya. Dan kelihatannya Siwon begitu menikmatinya.
"Andweeee~!"
"Choi Sora-ssi! Jangan berteriak-teriak! Bising tahu!" kata teman satu kelas Sora.
"Aku depresi!" kata itu terlontar begitu saja dari mulut Sora dengan lemas. Pandangan matanya menjadi kosong seketika saking shocked-nya dia dibuat oleh foto itu.
"Dan aku patah hati," ujar Shi Kyo sambil terisak.
"Ya Tuhan! Aku tidak percaya mataku!" kata Sora, "itu tidak mungkin Choi Siwon kan?"
Shi Kyo menggeleng dengan sangat berat.
"Andweeee~!! Kuda jantan! Wae??"
Raga Sora benar-benar tidak bisa digerakkan lagi, detik ini batinnya telah lumpuh seketika.
*****
"Donghae-ssi, kenapa kau kemari?"
"Aku merindukanmu, tidak boleh aku kemari?" jawab Donghae dari atas sepeda gunung warna ungunya.
"Sepeda ini punyamu?" tanya Hyeri.
"Iya, bagus kan?"
"Tapi..."
"Kenapa?"
"Ini sama dengan sepedanya Sora kemarin, atau hanya perasaanku saja?"
"Ahh~~ itu ceritanya agak panjang!" Donghae menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal.
"Jadi ini sepeda Sora?"
"Aniyo~!" Donghae langsung mengelak, "tempo hari Sora meminjamnya," jelasnya.
"Oh ya?" Hyeri memincingkan matanya ke arah Donghae.
"Yaaa~ Go Hyeri! Kau tidak percaya padaku?" tuntut Donghae.
"Percaya kok! Aku percaya, hanya saja kau tidak terlalu menyakinkan, Lee Donghae-ssi!"
"Apa? Tidak menyakinkan?"
"Emmm, kau harus membuktikannya!" ujar Hyeri menantang.
"Apa? Bagaimana? Akan aku buktikan!"
"Antarkan aku ke sekolah hari ini!" pinta Hyeri, "menggunakan sepeda ini."
Donghae berpikir sejenak, mana mungkin ia pergi ke sekolah Hyeri tanpa menggunakan penyamaran? Bisa gawat kalau sampai ada yang tahu bahwa ia itu adalah member boyband terkenal seperti Super Junior. Terlebih lagi, Donghae khawatir kalau akan ada fans yang melukai Hyeri bila sampai mereka mengetahui hubungannya dengan Hyeri.
"Baiklah! Mokpo akan lakukan!" Donghae mengangguk dengan pasti, "tapi, apa kau punya masker, topi, dan kaca mata? Aku butuh low profile, Hyeri-ssi!"
"Ahh~ aku tidak punya! Sayang sekali ya! Aku tadi hanya bercanda kok, Donghae-ssi," Hyeri menyengir lebar.
"Yaaa~ Kau..?!?"
~~~~~~

☆Created Couples

☆Created Couples
Chocolates♥Chronicles♥Miracles

☆Chronicles Couple

☆Chronicles Couple
Choi Siwon ♥ Cho Kyu Hyun

☆Other Couples

☆Other Couples
another world of Choi Sora's life

☆Uri Chingu

☆Uri Chingu
Choi Sora's Friends