Minggu, 25 Desember 2011

{|Teaser|}


Terkadang aku tidak mengerti dengan spesies bernama PRIA itu. Bagaimana mereka bisa mencintai seorang wanita dengan berbagai macam alasan? Karena rambut mereka lurus lah, karena kulit mereka mulus lah, karena mata mereka bagus lah, karena hidung mereka mancung lah, karena kaki mereka jenjang lah, karena tampang mereka cantik lah, karena tubuh mereka sexy lah, dan masih banyak ‘karena-ini-itu’ yang keseluruhannya hampir menjurus ke kelebihan fisik yang nampak mata. Apa mereka tidak pernah mendengar kata pepatah bahwa cinta yang didasari oleh berbagai macam alasan, maka akan berakhir pula dengan berbagai macam alasan? Dan sebaliknya, apabila kau mencintai seseorang tanpa alasan, maka cinta itu juga akan bertahan selamanya tanpa alasan. Kedengarannya aku munafik ya? Bukan itu masalahnya saat ini. Persetan dengan aku yang munafik. Saat ini yang aku inginkan hanyalah menemukan seseorang yang mana ia berbeda dengan pria kebanyakan. Kenapa aku mengatakan berbeda? Karena aku ingin ia benar-benar mencintaiku apa adanya. Seseorang yang mau menerimaku tanpa membantah maupun mengeluh. Seseorang yang bisa menghargaiku sebagai salah satu makhluk ciptaan Tuhan. Sehingga, tak satupun dalam diriku yang harus kuubah demi untuk membuatnya mencintaiku. Aku berharap, akan ada saatnya ketika aku bertemu orang itu, orang yang mau mengerti akan perbedaanku. Orang yang sengaja sudah dipersiapkan oleh Tuhan jauh sebelum aku terlahir ke bumi. Aku yakin suatu saat kami akan dipertemukan. Ya, aku harap…
***
Aku percaya ketika tak seorang pun mau mendengarku, Tuhan lah satu-satunya yang masih mau mendengar batinku yang menjerit tertekan. Aku percaya aku tak pernah benar-benar sendiri di dunia ini, karena Tuhan selalu menemaniku. Ketika tak ada orang yang mau mendekatiku, Tuhan juga lah yang selalu bersamaku, mendampingiku setiap saat. Sejak kecil, aku memang terbiasa untuk hidup sendiri. Aku tak punya teman, keluarga, maupun kedua orang tua. Aku tak pernah mengetahui secara pasti bagaimana, mengapa, dan sejak kapan mereka meninggalkanku sendiri di dunia yang sepi ini. Seakan-akan aku hidup sebatang kara dalam ruang kosong, hampa udara.
Apa kalian tahu, apa itu yang disebut ‘Leben-leer’? Asal kalian tahu saja bahwa Leben-leer adalah sebutan yang aku berikan pada dunia yang aku tinggali saat ini. Leben-leer berarti kehidupan kosong. Tak ada orang lain yang hidup di sini kecuali aku. Jangan Tanya kenapa! Itulah yang ada dalam otak penulis cerita ini, jadi tolong jadilah pembaca yang baik dan lanjutkan saja baca ceritanya!
***
Pagi ini masih sama dengan pagi-pagi sebelumnya. Sinar matahari yang baru terbit langsung menerobos jendela kamarku dan menerangi segala penjuru ruangan tanpa terkecuali. Aku merasakan hangatnya sinar matahari mengenai tubuhku yang masih terbaring malas-malasan diatas kasur. Aku sungguh merasa malas untuk segera bangun, merapikan selimut, menyisir rambut, sarapan, mandi, dan terakhir yang paling membuatku tidak bersemangat mulai dari memejamkan mata di malam hari hingga memejamkannya lagi di malam esok harinya adalah PERGI KE SEKOLAH. Ya, aku memang menbenci sekolah. Err… sepertinya bukan sekolah yang aku benci, melainkan apa yang terdapat di dalamnya. Lebih tepatnya mari kita sebut ‘murid dan guru’.
Di sekolah aku tidak terlalu punya banyak teman. Bahkan nyaris tidak punya sama sekali. Bukan berarti aku sombong dan tidak mau berteman, tapi jujur saja mereka yang menolakku sejak awal. Kalau saja aku bisa membujuk ayah dan ibu untuk tidak menyekolahkanku. Huh… mereka tak pernah menyetujuinya dan selalu memberikan bantahan yang sama dengan alasan agar aku bisa mencari kebahagiaan di masa mudaku, selain itu aku juga harus memikirkan mengenai ‘bagaimana masa depanku kelak?’ lalu ‘bagaimana aku akan hidup ketika ayah dan ibu tidak lagi ada di sampingku?’ dan masih banyak ‘bagaimana-bagaimana?’ yang lainnya.
Aku hanya pergi kesekolah untuk duduk dalam kelas, kemudian pulang ke rumah tepat saat bell pulang berbunyi. Hidupku terdengar begitu hambar bukan di telinga kalian? Persetan! Aku tidak peduli.
***

Cho[i] Chronicles {|The Begining|}


Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku kelak. Aku juga tidak tahu apa yang akan menerpa ‘kami’ setelah semua ini terbongkar. Aku bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya sedang menimpa ‘kami’ saat ini. Ini terlalu rumit bagiku untuk menjelaskannya.
❀◕
                Ya Choi Sora,” panggil sebuah suara. “Apa yang sedang kau lakukan di sini, huh?”
                “Tidak ada hubungannya denganmu,” kataku ketus.
                Sosok itu terus berdiri menghadapku, namun aku tak menghiraukannya. Sampai dunia kiamat pun aku tak akan pernah menyerah untuk mendapatkan yang kumau.
                “Sora-ssi kumohon hentikan segera!” pintanya dengan pelan.
                Aku tak peduli. Aku tak dengar.
               “Choi Sora, apa kau tuli?” tanyanya dengan meninggikan nada bicaranya yang terkesan merendahkan, seperti biasa. “Apa kau sebodoh itu mau melakukan ini? Ayo cepat berdiri!”
                “Terserah saja apa katamu!” Aku sama sekali tidak mau mendengarkan omongannya lebih lanjut.
Selama beberapa menit kedepan aku tetap berjongkok diatas rerumputan hijau di pelataran depan bangunan panti asuhan ini.
“Kenapa kau begitu keras kepala, sih?” tanyanya lagi.
Dia masih tetap saja berdiri di depanku.
“Lalu kenapa memangnya kalau aku keras kepala, huh?” aku menatapnya dengan sadis. “Sama sekali bukan urusanmu, tahu?” tambahku.
“Baik kalau begitu, sampai kapan kau akan tetap terpuruk seperti ini?” ia bertanya untuk kesekian kalinya.
Kenapa sih dia harus bertanya retoris begitu? Sudah jelas juga apa tujuanku berdiam diri ditengah udara dingin menusuk tulang seperti ini tanpa menggunakan jacket, syal, maupun sarung tangan dan kaos kaki.
“Sampai aku mendapatkan PSP ku kembali,” sahutku mantab. Ya, itulah alasanku mengapa aku berada dalam situasi seperti saat ini. Aku harus mendapatkan satu-satunya benda kesayanganku itu walau bagaimana pun caranya.
“Aku akan membantumu,” ia berujar sambil berjongkok menjajari posisiku. Aku bisa merasakan hembusan napasnya yang menerpa wajahku. Hangat. Walau aku benci mengakuinya meski pun hanya sebatas dalam batinku, namun aku suka bau tubuhnya yang khas, mengingatkanku pada sosok samar yang terus terngiang-ngiang di benakku. Ayahku memiliki bau yang hampir mirip dengannya.
“Bagaimana mungkin kau bisa membantuku disaat kau sendiri tidak memiliki kemampuan untuk membantu dirimu sendiri?” kataku sarkatis.
Ia melepas syal yang melilit lehernya, kemudian melilitkannya pada leherku yang membiru. “Terasa lebih mudah untuk membantummu saat ini.” Lalu ia menurunkan resleting jacket tebal yang ia kenakan, ia memakaikannya padaku yang sudah kedingingan dari tadi.
Aku hanya terdiam, tidak tahu harus bersikap bagaimana terhadap perlakuannya terhadapku. Jauh di dalam hatiku, aku tahu pasti bahwa ia adalah anak yang baik. Ia selalu ada ketika aku berada dalam masalah—lebih tepatnya ketika aku membuat masalah. Walau aku tak pernah meminta bantuannya, ia selalu saja membantuku secara cuma-cuma. Mungkin itu yang namanya keikhlasan tanpa pamrih.
“Aku berjanji akan membawa PSP kesayanganmu itu kembali ke genggamanmu, jadi ayo kita sudahi hal konyol ini!” ia berdiri, mengulurkan tangan kanannya tepat kearahku yang sedikit terhenyak. “Ahh, di sini dingin sekali. Ayo cepat kita masuk ke dalam! Aku tidak mau besok ada berita di Koran bahwa seorang gadis kecil membeku kedinginan di depan sebuah panti asuhan hanya karena masalah sepele.”
 “Ini bukan masalah sepele, asal kau paham saja tuan muda Choi Siwon!” Aku menangkis uluran tangannya. “Dan lagi, aku bisa berdiri sendiri.” Aku berjalan ke arah panti asuhan, meninggalkan Choi Siwon di belakang. Aku tahu ia akan segera menyusulku, katanya di sana sangat dingin pasti ia akan segera menyusul! Pasti.
Ya, baiklah Choi Sora-ssi. Aku anggap itu merupakan caramu mengucapkan terima kasih padaku,” ia berlari mengiringi langkah kecil kakiku. Kenapa langkah kakinya begitu panjang? Berbeda sekali denganku. Aku menggembungkan pipiku. Diam-diam aku iri terhadap bocah laki-laki di sampingku ini, Choi Siwon. Ia begitu tinggi untuk anak seusianya. Aku bahkan tidak ada sepundaknya, sungguh sesak dadaku rasanya ketika aku memikirkannya.
Choi Siwon adalah putra tunggal dari pemilik Hyundai Crop. Dulunya, ia adalah satu-satunya pewaris dari perusahaan besar milik ayahnya itu. Aku pernah mendengar dari ibu panti bahwa banyak orang yang telah memprediksi kalau suatu saat nanti Siwon akan menjadi penerus yang cakap. Namun siapa yang menyangka bahwa ia harus berakhir di sini, di tempat yang sama denganku, karena disebabkan oleh kematian kedua orang tuanya dalam sebuah kecelakaan pesawat saat dalam perjalanan bisnis ke luar negeri. Tak ada keluarga yang mengurusi perusahaan dan dirinya, sehingga ia dimasukkan ke panti asuhan. Terkadang aku bingung dengan Siwon, bagaimana ia bisa begitu ceria dan periang dalam keadaannya yang seperti itu? Ia begitu dermawan dan bijak. Sungguh berbeda 360 derajat dari diriku.
❀◕
Hari ini adalah salju pertama musim dingin turun. Betapa senangnya aku bisa melihatnya. “Ah, indahnya~!” ujarku di depan kaca jendela yang langsung menghadap ke pekarangan depan bangunan panti. Ada sebuah perosotan, ayunan, dan jungkat-jungkit yang mulai terselimuti oleh salju putih di sana. Dalam hati aku bersedih. Itu berarti aku tidak bisa lagi main perosotan kesukaanku.
“Kenapa cemberut?” Siwon menhampiriku dari belakang, “bukankah PSP mu sudah kembali?” tanyanya. Memang benar, Siwon telah berhasil membujuk ibu panti untuk mengembalikan PSP ku. Entah bagaimana caranya, ia tidak mau bercerita setiap kali aku bertanya.
“Tapi karena salju sudah mulai turun, berarti aku tidak bisa lagi main perosotan di luar,” aku memanyunkan bibirku beberapa senti kedepan, suatu kebiasaan yang sering aku lakukan ketika kesal atau pun sedih. Untuk ukuran anak perempuan, aku ini benar-benar tidak sensitive dan susah sekali  tersentuh. Jadi, aku jarang sekali menangis. Bahkan aku sempat berasumsi bahwa aku ini manusia batu yang tidak memiliki hati selembut kapas. Apa mungkin aku ini akan tumbuh menjadi wanita yang tidak berperasaan? Ah, aku harap begitu. Kedengarannya keren dan tangguh.
“Sudahlah, syukuri apa yang kau dapat! Kenapa manusia itu sama saja? Selalu tidak pernah puas. Kau kan bisa bermain PSP di dalam ruangan, main perosotannya nanti saja kalau sudah musim semi tiba.”
Siwon memulai berceramah singkat lagi. Mungkin kelak ketika dewasa ia pantas menjadi seorang pastor saja.
“Ya ya ya! Terserah saja apa katamu, tuan muda Choi.”
“Berhenti memanggilku ‘Tuan Muda’! Aku bukan lagi tuan muda,” ujarnya cepat. Walau ia tidak menampakkan raut muka sedih, namun aku bisa menangkap perasaan itu dari nada bicaranya.
“Iya iya baik! Tak akan kuulangi, Tuan mu…ah maksudku Choi Siwon-ssi.”
Aku terus-terusan memandang keluar jendela, mengamati keindahan yang disuguhkan oleh Tuhan. Ada sebuah sinar yang menrobos salju yang turun, sebuah mobil memasuki pekarangan panti asuhan.
“Ada tamu ya di hari dingin seperti ini?” tanyaku tidak kepada siapa-siapa.
“Mungkin akan ada orang tua yang mengadopsi anak,” tukas Siwon menerka-nerka kemungkinan yang terlintas dalam benaknya.
“Menurutmu begitu ya?”
❀◕
Aku, Siwon, dan beberapa anak lain dipanggil oleh ibu kepala panti untuk berkumpul di ruang tamu yang memang merupakan ruangan paling luas di panti asuhan ini. Benar saja dugaan Siwon, ada dua orang asing berdiri tak jauh dari ibu kepala panti Seo. Seorang laki-laki dan wanita.
“Anak-anak, kalian tahu siapa tuan dan nyonya ini?” Tanya ibu kepala panti Seo kepada kami semua.
“Tidak buuuu~!” kor anak-anak semuanya kecuali aku yang hanya menjawab dengan geleng-geleng kepala saja.
“Mereka ini adalah sepasang suami-istri, yang ini tuan Lee Donghae dan yang di sebelahnya adalah nyonya Go Hyeri,” kata ibu kepala Seo memperkenalkan. “Mereka akan mengadopsi salah satu dari kalian.”
“Eh masa?”
“Yang benar?”
“Ini serius?”
“Tidak main-main kan?”
“Aku mau!”
“Aku juga mau!”
Seluruh anak-anak panti yang ada di ruang tamu sungguh sangat bahagia, mereka menyambut kabar gembira itu dengan suka cita. Nampaknya hanya aku dan Siwon saja yang tidak terlalu antusias mengenai hal ini. Saat ini aku hanya berpikir, tidak peduli aku akan diadopsi atau tidak suatu hari nanti, asalkan ada Siwon di dekatku, asalkan kami berdua saling memiliki satu sama lain, aku tidak apa-apa bila harus tinggal di panti asuhan ini seumur hidupku. Terlalu sederhana kah bagi seorang gadis kecil berpikiran bahwa sahabatnya adalah segalanya untuknya? Aku bahkan sudah tidak memiliki orang tua lagi.
Mereka berdua—tuan dan nyonya Lee—berjalan kearah kami semua berdiri. Mereka mengamati satu persatu wajah kami. Aku hanya memasang wajah datar di depan mereka. Siwon menyikutku ketika nyonya Lee memandangiku selama beberapa detik lebih lama dibandingkan anak-anak lain. Aku menatap tajam ke arah Siwon, mataku mengisyaratkan ‘Apa? Ada apa? Kenapa menyikutku? Tanganmu gatal? Perlu aku patahkan saat ini juga?’.
Kemudian nyonya Lee beralih menatap Siwon, namun hanya sebentar. Siwon mengedikkan bahunya ke arahku. Entah apa maksudnya. Sementara tuan Lee berdiskusi dengan istrinya perihal anak mana yang menurut mereka ingin mereka adopsi, anak-anak perempuan di sebelahku tak henti-hentinya berpose ‘cute’. Aku tak habis pikir, kenapa mereka sampai harus melakukan hal semacam itu, menurutku itu terlalu berlebihan.
“Kau harus tahu, bagi mereka itu memiliki orang tua kembali adalah sebuah mukjizat. Jadi, jangan berpikiran bahwa hal yang mereka lakukan itu berlebihan! Aku rasa kau juga harus melakukan hal yang sama!” bisik Siwon tepat di telingaku. Bagaimana bisa ia mengetahui apa isi kepalaku? Apa ia bisa ilmu membaca pikiran atau semacamnya?
“Aku tidak perlu hal-hal semacam itu!”
“Kenapa tidak perlu?”
“Bukan urusanmu!”
❀◕
Untuk sekali seumur hidupku aku menyesal pernah mengatakn hal itu terhadap Siwon. Andai saja waktu itu aku melakukan apa yang dilakukan anak-anak lain, pasti aku masih di sana bersama Siwon.
Sudah enam tahun berlalu semenjak saat itu. Semenjak aku resmi diadopsi oleh keluarga Lee. Ternyata waktu itu mereka mencari anak yang bersikap biasa-biasa saja seperti aku, bukan anak-anak yang sengaja bersikap manis untuk menarik perhatian mereka.
Mereka membawaku pergi segera setelah mereka selesai mengurusi proposal pengadopsin anak dari panti asuhan.
Sejauh ini, hidupku baik-baik saja. Ayah dan ibu angkatku begitu baik padaku. Mereka memperlakukanku sebagai anak yang seakan-akan terlahir dari rahim nyonya Lee. Mereka memberikanku kamar yang begitu cantik dan nyaman, walau pun rumah kami tidak terlalu besar karena kami tinggal di sebuah apartment. Mereka juga membelikanku pakaian-pakian bagus, boneka bagus, PSP baru, mengajakku bermain ke taman hiburan dan menyekolahkanku ke sekolah berkuwalitas bagus di Seoul. Mereka berusaha sebaik mungkin untuk menjadi sepasang ayah dan ibu. Aku sungguh bahagia bisa merasakan kembali kehangatan dari ayah dan ibu yang telah hilang.
Semuanya terdengar begitu sempurna kan untuk anak adopsian? Ya memang benar. Tetapi ada satu pengecualian dalam kasus ini. Tak berapa lama setelah aku diadopsi, ibu….emm….maksudku nyonya Lee memutuskan untuk mengadopsi anak lain dari panti asuhan yang berbeda. Awalnya aku begitu senang karena aku akan mendapatkan saudara, akan tetapi setelah aku menyadari bagaimana saudara angkatku itu aku merasa bahwa kebahagiaanku telah lepas ke tempat antah berantah.
Kehadirannya itu… memberikan nuansa berbeda dalam hidupku…
❀◕
“Ayo masuk!” ayah membawa anak itu masuk ke dalam rumah. “Sora-ya ayo kemari dam lihat siapa yang datang bersama abeoji!”
“Anak laki-laki?” aku berjalan mendekati ayah. Seorang anak laki-laki berwajah datar berjalan di sampingnya, ayah menggenggam tangannya.
“Kenalkan Sora, ini Cho Kyuhyun, dan Kyuhyun, yang di sana itu adalah Sora. Mulai sekarang kalian adalah kakak-beradik,” kata ayah.
“Hallo, aku Sora,” kuulurkan tangan kananku supaya ia bisa menjabatnya. Namun ia tidak memberikan respon sesuai dengan harapanku. Ia hanya terus diam, tatapannya begitu dingin.
“Kyuhyun, ayo jabat tangannya!” ayah menjabat tanganku memberikan contoh. “Begini.”
Ia kemudian menjabat tanganku dengan sedikit terpaksa. Sikap apa-apaan itu? Menyebalkan.
“Ayo Kyuhyun, kuperlihatkan kamar barumu,” kata ibu yang baru saja memasuki rumah. Kelihatannya ibu sangat senang memiliki putra baru. Entah hanya perasaanku atau ia terlihat lebih menyukai Kyuhyun dibandingkan diriku. Ibu meraih tangan Kyuhyun, menggandengnya ke dalam kamar yang terletak tepat di sebelah kamarku. Kemudian ayah meraihku ke dalam gendongannya lalu mengikuti langkah kaki ibu dan Kyuhyun.
❀◕
Ya! Kembalikan PSP ku sekarang juga!” teriakku kepadanya.
“Tidak mau!”
Aish, sosok menyebalkan ini benar-benar tidak pernah berubah dari dulu.
“Ayo kembalikan!” rajukku seperti anak kecil. Aku mulai menggunakan tanganku yang tentunya kalah panjang dari tangannya untuk merebut benda berukuran sedang itu.
“Sebentar saja kau pinjam, kenapa kau pelit sekali sih?”
“Kau kan punya sendiri? Pakai saja punyamu!”
“Punyaku tidak mau menyala.” Jawabnya enteng.
Aigoo, bukannya kau baru membelinya tiga hari yang lalu?”
“Sudah rusak.”
Aku tetap tidak menyerah untuk merebut PSP ku. Selama beberapa menit aku ‘bergulat’ dengannya memperebutkan sebuah PSP. Dikarenakan proporsi tubuhku yang lebih kecil dari pada tubuhnya, tentu saja aku tidak berhasil. Yang ada malah aku kelelahan meloncat-loncat mengimbanginya yang begitu tinggi. Sesaat aku mulai berpikir, seandainya saja ada Siwon di sini, pasti aku tak akan repot-repot buang tenaga dengan setan sialan bernama Kyuhyun ini.
“Baiklah aku menyerah,” aku menjatuhkan tubuhku di atas kasurku yang empuk. Saat ini kami memang sedang ada di dalam kamarku. Sejak kecil, Kyuhyun memang sudah biasa bermain di kamarku, mengobrak-abrik isinya sesuka hatinya seakan-akan ruangan ini adalah kepunyaannya.
“Segitu saja perlawananmu? Sungguh tidak mengasyikkan,” dia berujar kemudian melempar PSP ku ke atas kasur. Aku membuang napas berat. “Aku capek, dasar Kyu Tudeol!”
“Berhenti memanggilku Kyu Tudeol (re:Kyu Complain) atau aku akan…” ancamnya.
“Akan apa?”
“Aku akan…”
Kyu Tudeol! Kyu Tudeol! Kyu Tudeol!” godaku.
Kyuhyun menggigit bibir bawahnya. Aku bisa mlihat evil smirk di wajahnya. Dalam imajinasiku dua buah tanduk merah menyembul dari kepalanya, ekor setan juga keluar dari belakangnya. “Kau akan menyesal karena berani memanggilku begitu, Sora-ssi!”
Ia mengambil ancang-ancang, lalu meloncat keatas kasur, kemudian melilitkan lengannya ke leherku. Seakan-akan ia sedang mencekikku. Walau pun ia tidak bersungguh-sungguh namun aku tidak bisa bernapas saat ini. Rasanya sangat sesak. “Akh~ Kyu Tudeol, lepas…akh…aku tidak bisa napas…heeek.”
Ia menggelitik badankku, sehingga aku menggeliat seperti cacing kepanasan. “Abeoji, tolonggg aku!” aku meronta meminta pertolongan pada ayah. “Omma…tolong!” kali ini pada ibu. Ayolah, siapa saja tolong aku!
Aaakh…,” Kyuhyun memekik, “kenapa kau menendang perutku, huh?” ia melepaskan lilitan lengannya yang besar itu dari leherku yang kecil. Ia menggeliat kesakitan.
“Rasakan ini!” aku menendang-nendang punggungnya sebagai pembalasan dariku. “Rasakan! Bagaimana rasanya, huh?”
Ya! Lee Sora! Kau mau mematahkan tulang punggungku?” Kyuhyun menangkis tendangan demi tendangan yang aku luncurkan dengan sebelah tangannya.
“Kau duluan yang ingin mematahkan leherku,” kataku tak mau kalah.
“Apa aku tidak salah denga…” Kyuhyun berhenti mengucapkan kata-kata. Ia segera bangkit dari kasur.
“Apa yang sedang kalian lakukan?” Ayah berdiri di ambang pintu, tangannya terlipat di dada.
“Dia! Bocah sialan ini mau mematahkan leherku,” aduku pada ayah.
“Dasar tukang ngadu!” celanya padaku.
“Apa kau?” tantangku bangkit dari kasur. Kami saling menatap tak mau kalah satu sama lain.
Ayah hanya geleng-geleng kepala, “ah, kapan kalian bisa akur?” ia menengahi pertikaian kami. “Kalian ini sudah tujuh belas tahun, bukan lagi anak kecil berusia sepuluh tahun yang suka berkelahi mengenai hal sepele.”
“Ralat!” potong Kyuhyun, “bocah di sampingku ini baru enam belas tahun. Belum tujuh belas.”
“Dasar tukang protes! Sebentar lagi aku tujuh belas kok!” aku memeletkan lidahku keluar.
“Sudah-sudah!” ayah mengingatkan. “Oh iya, ada telepon untukmu, Kyuhyun-ah.”
“Aku?” Kyuhyun bertanya.
“Iya, katanya ia ingin bicara denganmu mengenai sesuatu yang sangat penting.”
“Siapa memang yang menelpon, abeoji?” tanyaku.
Eng, kalau tidak salah namanya Andrew Choi,” jawab ayah setelah menggaruk dagunya yang tidak gatal.
“Oh, baiklah.” Kyuhyun pergi dari kamarku, hendak menjawab telepon dari seseorang.
“…Andrew Choi?” sepertinya aku tidak asing dengan nama itu. Dimana ya aku pernah mendengarnya? Entahlah.
Yoboseo, kenapa menelpon? Iya ini aku Kyuhyun. Apa? Dimana? Baiklah aku segera kesana sekarang,” Kyuhyun menutup ganggang teleponnya.
❀◕

Minggu, 18 Desember 2011

규민✔

“Love is like water, if there was no

water when you’re thirsty and sad, but when too much water you don’t realize that it’s worth”

— Lee Sungmin


“If I get your Love, then I was a Winner”

— Cho Kyuhyun


Published with Blogger-droid v2.0.2

Jumat, 16 Desember 2011

{|His, Yours, Mine, Ours|}

"Katakanlah sejujurnya! Apa aku telah berbuat dosa dengan mencintaimu?" -Kang Minwoo-


"Tetaplah ada dalam pandanganku! Mulai dari sekarang, apapun yang kau lakukan, kemanapun kau pergi, harus selalu ada dalam penglihatanku!" -Cho Kyuhyun-


"Kalau membenci orang itu merupakan sebuah dosa, lalu bagaimana kalau mencintai seseorang?" -Choi Sora-


"Kau orang yang menyedihkan! Kenapa kau berpikir bahwa sagela sesuatu di dunia ini harus berjalan seperti apa yang kau rencanakan?" -Kang Minwoo-


"Hidup ini tidak hanya tentang dirinya, dirimu maupun diriku!" -Choi Sora-


"Berhentilah membuatku khawatir setengah mati, Choi Sora bodoh!" -Cho Kyuhyun-


"Hargailah privasiku, Cho Kyuhyun tolol!" -Choi Sora-


"Choi Sora Bodoh..."

"Cho Kyuhyun Tolol..."

"Dasar Autis..."

"Dasar Idiot..."

"Kau memang kelainan mental...Choi Sora Bodoh!"

"Sepertinya kau sakit jiwa...Cho Kyuhyun tolol?!"

"Kau ini sejak lahir memang tidak waras, Choi Sora Bodoh!"

"Rupanya kau sudah sinting mengataiku tidak waras, Cho Kyuhyun Tolol?!"

"Bodoh..."

"Tolol..."


"Apa bedanya 'bodoh' dengan 'tolol'? Apa bedanya 'autis' dengan 'idiot'? Apa bedanya 'kelainan mental' dengan 'sakit jiwa'? Apa bedanya 'tidak waras' dengan 'sinting'? Kurasa kalian berdua itu memang sama-sama keterbelakangan!" -Kang Minwoo-


"Apa yang biasa dilakukan Sora untuk menghilangkan stress, Kyuhyun-ssi?" tanya Sora berpura-pura sebagai seorang reporter yang biasa ia tonton di Tv. Sora mengalihkan mic mainan yang ia pegang ke hadapan Kyuhyun.

"Hmm...Ketika Sora dalam keadaan stress, biasanya dia akan masuk ke kamar mandi selama kira-kira setengah jam atau lebih," jawab Kyuhyun menahan tawanya yang hampir meledak.

Sora tersenyum mendengar jawaban Kyuhyun. "Apa yang mungkin dia lakukan di dalam kamar mandi dalam kurun waktu selama itu?"

Kyuhyun terlihat berpikir sejenak sebelum akhirnya menjawab. "Mungkin dia akan berimajinasi dengan liar seolah-olah ia sedang berada di dalam ruang studio kemudian bernyanyi dengan sangat kencang, atau mungkin juga dia akan luluran sampai menghabiskan setengah wadah lulur dengan beringas, mungkin ia akan merenung selama beberapa menit lalu menangis dengan diam-diam, dia memang bukan tipe orang yang menangis di depan orang lain, dia tidak mau terlihat lemah dan cengeng, atau mungkin yang menjadi kebiasaannya ketika stress adalah dia akan menenggelamkan dirinya ke dalam bath-tub, walaupun dia tidak bisa berenang tapi dia bisa menahan napasnya di dalam air cukup lama, menurutnya setelah melakukan itu stress yang dideritanya akan hilang dan dirinya akan merasa lebih segar dengan wajah yang berseri-seri."

Kali ini Sora tertawa terbahak-bahak di samping Kyuhyun. "Sepertinya anda tahu banyak hal mengenai Choi Sora, Cho Kyuhyun-ssi?"

"Ahh...Tidak juga, sebenarnya aku hanya menebak-nebak kemungkinannya." Kyuhyun ikut larut dalam tawa Sora.

"Aigoo~ tidak perlu malu-malu begitu, Kyuhyun-ssi!" Sora menggoda pria itu tanpa maksud yang ia sendiri yakini jelas.

"Begitukah menurutmu, reporter Choi Sora? Syukurlah kalau menurutmu aku masih punya malu, ahahahaha~" Kyuhyun tertawa renyah bersama sang reporter gadungan di sisinya.


Published with Blogger-droid v2.0.2

That Boy : {maybe} start of something new

"Duduklah di bangkuku saja! Aku akan pindah ke belakang."

"Jangan khawatir! Keluarlah, tidak apa-apa! Guru tidak akan memarahimu! Belajarlah dulu di luar, kau belum belajar kan? Aku akan menggantikanmu ulangan duluan. Kau bisa mengikuti ulangan pada jam kedua."

"Kau pasti bisa! Bisa! Bisa! Dan selalu bisa! Aku perc...ah tidak, maksudku kami percaya padamu sepenuhnya."

"Aku tahu kau mampu menyokong tanggung jawab ini."

"Apapun yang terjadi, siap-tidak siap kau harus tetap mencoba memberikan yang kau bisa walau kau tahu hasilnya akan buruk."

"Lihatlah! Sora sangat rajin."

"Contohlah Sora! Dia dari tadi diam terus, tapi sudah bisa mengerjakan sampai nomor ini."

"Sora-ya, apa kau sudah selesai? Bantu aku mengerjakan punyaku, ya?"

"Ini...bagaimana caranya mengerjakan yang ini, Sora-ya?"


~Kang Minwoo~


Published with Blogger-droid v2.0.2

왜구레요진짜?

Akhir-akhir ini aku merasa ada yang aneh. Sempat beberapa kali tanganku tidak bisa diajak kompromi seakan-akan impulsku tidak diantarkan sampai tujuan. Aku menjatuhkan beberapa barang yang kupegang dengan tangan kananku secara tiba-tiba. Seakan aku mengalami keadaan di-'pause' selama beberapa detik hingga otakku tak dapat menyelaraskan perintah untuk tetap memegang benda-benda di tanganku dengan imbang. Beberapa waktu yang lalu aku menjatuhkan remote control ketika menonton TV, tidak lama ini aku menjatuhkan pasta gigi ketika aku mengambil isinya untuk menyikat gigi, dan lebih dari sekali aku tiba-tiba kehilangan kendali tanganku lalu menjatuhkan smartphone-ku. Aku heran, apa yang salah dengan tangan kananku?

Kamis, 15 Desember 2011

Dear 게란디카 {today is the deadline}

Aku menulis ini dengan hati Sangat hati-hati bukan berarti mati Aku bukan menulis ini dengan tinta Melainkan dengan cinta Jangan kau anggap aku ini buta Aku hanya merasa suka Ingin anganku membuka kalbu untukmu Namun ku risau karena tak mampu Biarkan aku diam-diam memendam sendirian Namun ku telah membuka kotak pandora Apa yang harus aku lakukan? Aku menunggu jawaban.


Published with Blogger-droid v2.0.2

Senin, 12 Desember 2011

스파이여자 - First Meeting

Casts : Super Junior
~Lee Teuk's POV~
Suatu ketika seorang gadis pernah tertangkap basah sedang memandangiku dari kejauhan. Kukira saat itu ia sedang membuntutiku, men-stalk diriku atau semacamnya. Aku tahu ia selalu ada di sekitarku, namun aku hanya berpura-pura seakan-akan aku tidak menyadari keberadaannya. Hey, apakah dia pengagum rahasiaku? Mungkin. Ia juga diam-diam mengambil gambarku secara sembunyi-sembunyi. Apakah aku merasa terganggu karena privasiku seakan-akan sedang terancam? Mungkin... Sedikit... Oleh gadis itu? Hmm, tidak juga sebetulnya. Diam-diam aku menyukai keberadaannya di sekelilingku. Ya, aku menyukainya. Entah sejak kapan aku mulai menyimpan perasaan ini pada gadis itu? Jangan tanya! Aku sendiri juga bertanya-tanya, kapan? Mengapa? Dan bagaimana?
Aku kira gadis itu berbeda dari gadis yang lain, kenapa aku bisa berpikiran begitu? Entahlah aku juga bingung. Aku hanya merasakan hal itu mendesir dalam dadaku ketika aku melihat tampang gadis itu. Ia memang tidak secantik gadis-gadis lain di dekatku, namun aku yakin ia memiliki sesuatu yang sungguh luar biasa bersemayam dalam dirinya. Entah apa itu? Gadis yang entah sejak kapan aku sebut Spy Girl itu telah membuatku penasaran setengah mati. Haruskan aku menghampirinya suatu saat? Kemudian bertanya padanya tentang semua rasa penasaranku? Ah mungkin tidak, aku tidak mau kehilangannya. Aku takut ia akan menjauhiku...
"Hyung, apa yang sedang kau amati?" tanya magnae sialan bernama Cho Kyuhyun yang telah berani menganggu kegiatanku mengamati gerak-gerik si Spy Girl itu, gadis itu tengah sibuk mengotak-atik kamera CRL nya disamping tiang listrik di seberang jalan.
"Bukan apa-apa," kataku berdalih.
"Kalau begitu cepat habiskan sarapanmu dan ayo segera pergi ke gedung MBC, kita harus bertemu member yang lainnya di sana," setan satu ini mengguruiku. Siapa orang yang lebih tua di sini sebenarnya?
Aku hanya melakukan apa yang diinstruksikan oleh Kyuhyun padaku, aku rasa dia ada benarnya. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 09:15 kami berdua segera memutuskan untuk meninggalkan cafe ini begitu aku selesai menyelesaikan sarapanku. Ketika aku berada di depan cafe, aku bisa melihat si Spy Girl menyembunyikan dirinya di balik tiang listrik agar tidak ketahuan olehku. Diam-diam aku tersenyum dalam hati, aku sudah tahu keberadaanmu, Spy Girl.
Akhirnya kami sampai juga di gedung salah satu stasiun TV di Korea, MBC Building. Setelah aku dan Kyuhyun turun dari mobil van yang mengangkut kami dari cafe ke sini, aku celingukan mencari si Spy Girl. Biasanya akan segera muncul. Benar saja, aku menemukannya sedang berlari terengah-engah dari kejauhan. Apa ia tadi naik bus ya? Halte bus ke sini kan lumayan jauh, hebat sekali dia kalau spekulasiku benar.
"Lee Teuk hyung, ayooo~!" Kyuhyun menarik lenganku.
Beberapa jam berlalu, kami baru saja selesai menyelesaikan shooting sebuah variety show.
Semua member minus Siwon, Heechul, KangIn, Kibum, dan Hankyung, segera menuju ke tempat latihan koreografi. Kami harus banyak berlatih untuk tour SM Town Concert beberapa minggu lagi.
Aku dan Kyuhyun segera berjalan menuju van yang kami tumpangi tadi. Kali ini Sungmin, Eunhyuk, dan Donghae ikut bersama kami.
Aku mempercepat langkah kakikut menuju mobil van hingga ketika Sungmin berteriak secara tiba-tiba.
Aku segera menoleh, kulihat Kyuhyun dan Eunhyuk segera berlari menuju sebuah titik di areal parkiran.
Aku kaget. Tercengang bukan main. Aku setengah tidak yakin bagaimana kejadiannya. Begitu cepat mobil yang ditumpangi Shindong, Ryeowook, dan Yesung itu menubruk sebuah tubuh kecil milik Spy Girl-ku. Tunggu, sejak kapan ia jadi punyaku?
Ah tidak penting memikirkan hal itu. Aku segera berlari kesana. Di dalam hati aku benar-benar was-was, berharap gadis itu baik-baik saja.
Donghae dan Sungmin segera mengikuti dari belakang.
"Hey, kau tidak apa-apa?" tanya Kyuhyun sambil berjongkok di hadapan gadis yang terduduk di lahan parkir itu.
Gadis itu menggelengkan kepalanya sambil menunduk, tidak berani memandang kami.
"Mana mungkin dia tidak apa-apa?" ujar Sungmin tak percaya, "jelas-jelas aku melihat kepalanya sempat membetur tanah."
JDERRRR...
Hatiku langsung mencelos mendengarnya. Aku langsung menghampiri gadis itu. "Mana yang sakit?" Aku memegang-megang kepalanya, sementara ia masih menunduk dengan lesu.
"Lebih baik kita bawa dia ke rumah sakit." saran Donghae.
Ryeowook, Shindong, Yesung, dani supir hyung segera turun, "ada apa ini?" tanya Ryeowook dengan khawatir.
"Mobil kalian baru saja menabrak seorang gadis tak berdosa," jawab Eunhyuk.
Aku heran, bagaimana mereka berempat tidak menyadari bahwa bagian bemper belakang mobil mereka baru saja menabrak gadis ini.
"Sudah cepat bawa dia ke rumah sakit sekarang!" suaraku sedikit meninggi. Sesaat aku dibuat kaget bukan main. Donghae tiba-tiba saja berinisiarif ingin membopong tubuh gadis ini untuk naik ke atas mobil.
"Tidak!" ceplosku spontan.
"Kenapa?" tanya Donghae polos.
"Kau... kau...k-kau...mana kuat?"
Donghae mendesah, "tentu saja."
"Apa kau bisa berdiri?" tanya Kyuhyun dengan suara bass nya yang terkesan lembut. Aish~
Gadis itu mengangguk.
"Baiklah, ayo kubantu," Kyuhyun merangkulkan tangan gadis itu pada bahunya. Aku hanya bisa memegangi lengannya.
Aku tidak bisa membiarkan jadwal latihan kami hari ini rusak begitu saja, jadi aku menyuruh member yang lainnya untuk tetap pada jadwal sebelumnya.
"Lalu kau bagaimana, hyung?" tanya Yesung.
"Aku kan leader dari Super Junior, jadi aku akan mempertanggung jawabkan kejadian kali ini," jawabku sekenanya. Padahal sesungguhnya aku sangat khawatir pada keadaan si Spy Girl, aku ingin berada di dekatnya.
"Baiklah, kabari kami kalau ada perkembangan hyung!" katau Shindong sebelum akhirnya meninggalkan Seoul Medical Centre ini.
Awalnya aku kira hanya aku saja yang tertinggal di rumah sakit ini.
"Biarkan aku menemanimu, hyung!" pinta Kyuhyun.
Aku hanya mengangguk.
Tak lama dokter datang membawakan hasil ronsen Spy Girl tadi.
"Bagaimana keadaannya, dok?" tanyaku cemas.
"Tidak ada luka yang serius padanya, tapi kalau setelah ini ada gejala-gejala yang terjadi seperti sakit kepala harap segera bawa di ke rumah sakit lagi," jelas sang dokter yang kelihatan sudah cukup berumur itu.
Aku hanya mengangguk-angguk. Dalam hati aku bersyukur tudak ada yang fatal.
"Tapi kepalanya tadi sempat membentur tanah lumayan keras dokter," tukas Kyuhyun. Hal itu tak urung mengembalikan rasa khawatirku lagi.
"Kita belum bisa memprediksi kalau-kalau ada kerusakan bagian dalam seperti urat, oleh karena itu kalau seandainya ada gejala-gejala tolong segera bawa dia ke rumah sakit," dokter itu kemudian berlalu setelah sedikit memberikan penjelasan.
"Jadi dia bisa pulang, hyung?" tanya Kyuhyun padaku.
Aku hanya mengedikkan bahuku tidak tahu harus mengambil keputusan seperti apa kali ini.
Ketika kami berdua hendak menemui gadis itu, ia sudah tidak ada.
"Ia menghilang," kata Kyuhyun lemas.
Aku pun juga ikut-ikutan lemas.. Kemana perginya gadis itu?

Jumat, 02 Desember 2011

♬아이유♪비밀♩

오늘도 난 손끝으로

oneuldo nan sonkkeuteuro

네 앞에서 몰래 편지를 써

ne apeso molle pyonjireul sso

유리잔에 맺힌 물로

yurijane mechin mullo

하나씩 써내려 내 마음을

hanassik ssoneryo ne maeumeul

마주 앉아 나를 본다

maju anja nareul bonda

고개는 또 숙여지고

gogeneun tto sugyojigo

숨길 맘이 더 많은 난

sumgil mami do maneun nan

마치 잘못한 아이 같아

machi jalmot-han ai gata

비밀이 참 많아진 나

bimiri cham manajin na

꺼내기 어려운

kkonegi oryoun

얘기만 쌓여간다

yegiman ssahyoganda

그래도 난 꿈을 꾼다

geuredo nan kkumeul kkunda

날개를 단 내 맘

nalgereul dan ne mam

밤하늘에 날아가 날아간다

bamhaneure naraga naraganda

매일매일 거울 앞에

meil meil gourape

네 맘이 되어서 날 비추며

ne mami dweoso nal bichumyo

안 한 듯이 화사하게

an han deusi hwasahage

어설픈 화장도 배워가며

osolpeun hwajangdo bewogamyo

다가온다 나를 본다

dagaonda nareul bonda

딴 델 봐도 네가 보여

ttan del bwado nega boyo

돌아보지 못하는 난

doraboji mot-haneun nan

마치 겁 많은 아이 같아

machi gom-maneun ai gata

비밀이 참 많아진 나

bimiri cham manajin na

꺼내기 어려운

kkonegi oryoun

얘기만 쌓여간다

yegiman ssahyoganda

그래도 난 꿈을 꾼다

geuredo nan kkumeul kkunda

날개를 단 내 맘

nalgereul dan ne mam

밤하늘에 날아가

bamhaneure naraga

날아가 너에게 들려진다

naraga noege deullyojinda

한 걸음 한 걸음

han goreum han goreum

좀 더 가볍게 가고 싶어

jom do gabyopge gago sipo

한 마디 한 마디

han madi han madi

내겐 왜 이리 힘든 건지

negen we iri himdeun gonji

네 향기가 불어온다

ne hyanggiga buro- onda

내게로 보내는

negero boneneun

나 같은 맘인 걸까

na gateun mamin golkka

네 마음이 내게 온다

ne maeumi nege onda

오늘도 그렇게 외우며

oneuldo geuroke weumyo

꿈속으로 내 마음을 듣고 있다

kkumsogeuro ne maeumeul deutgo

itda

간절한 바람이 온 방 안을 채우고

ganjor-han barami on bang aneul

cheugo

채우다 흘러간다 흘러간다

cheuda heulloganda heulloganda

비밀이 또 늘어간다

bimiri tto neuroganda


English Translation :


Again today, with my fingertips, I

secretly write you a letter while I’m

next to you

With the water dripping from the

glass cup, I write each part of my

heart

You sit across me and look at me

with your head hung low

I wanted to hide this from you even

more, like a kid who did something

wrong

* I have a lot of secrets now

Things that are so hard to say are

stacking up

But still, I am dreaming

My heart which has wings is flying

across the night sky

Every day, in front of the mirror, I

become your heart and I reflect

myself

I learn how to awkwardly put on

pretty makeup as if I didn’t put any

on

You’re coming, you see me - even if I

look somewhere else, I see you

I can’t look back like a child filled

with fear

* repeat

Step by step, I want to go a bit

lighter

Word by word, why is it so hard for

me?

Your scent is blowing over

Is your heart that you are sending

like mine?

Your heart is coming to me

Again today, I memorize it into my

dream

I’m listening to my heart

The sincere wind is filling up the

entire room

Filling it and flowing out, flowing o

ut

I have a lot of secrets now


Credit

Hangul :: Melon Music

Romanization :: ✿Chokollit

English :: authorkyu

WANNA SHARE THIS OUT OF THE

BLOG?

DON'T FORGET TO TAKE OUT WITH

FULL CREDITS

감사합니다~ *bow*


P.S i just love this song in way much.. Totally express my feeling, good job IU ^o^♬


Published with Blogger-droid v2.0.1

Kamis, 03 November 2011

{|KyuRyu|} Late Autumn Scene


Theme Song : Late Autumn by Kyuhyun feat. Yoon Jung Shin


Instrumental : Autumn Scene by Yiruma


 

 
otjangeul yeoreo boasseo
myeot beoli nune ttuieosseo
jogeum ireun geot gatjiman ibeosseo
geoul ap nae moseubeun geuttae geu moseub
 
옷장을 열어 보았어
벌이 눈에 띄었어
조금 이른 같지만 입었어
거울 모습은 그때 모습

ssaneurhaeseo deo johasseo
golmogeun haega jiryeohae
keopihyangi geu ttaero nal deryeoga
syowin dou gyeouroseul barabodeon geu ttaero
 
싸늘해서 좋았어
골목은 해가 지려해
커피향이 때로 데려가
쇼윈도우 겨울옷을 바라보던 때로

geurae neoyeosseo nal derigo naon geon
nae jumeoni sog nae soneul kkog jabdeon
geu hae neujgaeurui neo ijen eodireul geodni
neoui balsoriga geuriwo
 
그래 너였어 데리고 나온
주머니 손을 잡던
늦가을의 이젠 어디를 걷니
너의 발소리가 그리워

 
barameul masyeoboasseo
gaseumdobogo pahaeseo
hangyeol na ajin gaseumeun jaechoghae
himdeun bami ogi jeone dora gajago
 
바람을 마셔보았어
가슴도 보고파해서
한결 나아진 가슴은 재촉해
힘든 밤이 오기 전에 돌아 가자고

geurae neoyeosseo nal derigo naon geon
nae jumeoni sog nae soneul kkog jabdeon
geu hae neujgaeurui neo ijen eodireul geodni
neoui balsoriga geuriwo
 
그래 너였어 데리고 나온
주머니 손을 잡던
늦가을의 이젠 어디를 걷니
너의 발소리가 그리워

geurae neoyeosseo gaeureul gareuchyeojun
galsaeg geuriumi kkeutieobsneun bam
dagaol nae gyeoureul ije junbihaeya hae
bami gilgo gin nae gyeoureul
niga neomu manheun nae gyeoureul
 
그래 너였어 가을을 가르쳐준 갈색
그리움이 끝이 없는
다가올 겨울을 이제 준비해야
밤이 길고 겨울을
니가 너무 많은 겨울을
 
---
 
I opened the closet.
A few clothes caught my eyes.
Although I thought it was a little early, I wore them.
Standing in front of the mirror, I look the same as back then.

I liked it more because it was cold.
The sun is setting on the streets.
The coffee scent brings me to that time.
When I was looking at Winter clothes through the shop window.

Yes, it was you that brought me out of there. 
You closely held my hand that was in my pocket.
You during the late Autumn of that year.
Where are you walking now?
I miss the sound of your footsteps.

I tried to breathe in the wind because my heart was also missing you.
My heart felt much better and hastened me.
Let's go back before the hard night comes.

Yes, it was you who brought me out of there.
You closely held my hand that was in my pocket.
You during the late Autumn of that year.
Where are you walking now?
I miss the sound of your footsteps.

Yes, it was you who taught me Autumn.
A night with endless brown loneliness.
I have to prepare for my Winter that's approaching.
My Winter that has long nights. 
My Winter that has a lot of you.

☆Created Couples

☆Created Couples
Chocolates♥Chronicles♥Miracles

☆Chronicles Couple

☆Chronicles Couple
Choi Siwon ♥ Cho Kyu Hyun

☆Other Couples

☆Other Couples
another world of Choi Sora's life

☆Uri Chingu

☆Uri Chingu
Choi Sora's Friends