Tuesday, 21st
August 2012
Tanggal otomatis itu terus menatap tajam dari layar ponsel Cherlyn.
Seakan membuat gadis itu kehabisa oksigen, ia terus menerus menghela napas
dengan berat.
“Lihat kan itu?” kata Baekhyun pada Chanyeol yang berdiri di sebelahnya,
“Apa aku bilang tadi?! Cherlyn terlihat aneh sekali hari ini! Itu sudah yang
ke-10 kalinya dia menghela napas selama lima menit terakhir.”
Chanyeol hanya mendengarkan omongan temannya itu sembari terus
memerhatikan Cherlyn dari kejauhan, “apa dia sedang menunggu telepon dari
seseorang? Dari tadi dia terus saja menatap ponselnya seolah-olah ia hendak
menelannya lumat-lumat,” argumen Chanyeol.
Baekhyun mengedikkan bahunya, ia tidak tahu pasti jawabannya, walaupun
antara iya atau tidak tetapi hanya gadis itu sendiri yang bisa menjawabnya.
“Dia masih terlihat ceria setengah jam yang lalu, kemudian mendadak muram, lalu
kembali ceria lagi ketika di sekitar kita, setelahnya ia menyendiri dan akan
kembali terlihat muram. Coba saja kau dekati dia, pasti akan ceria! Setelah kau
tinggal ia akan memasang tampang sedih.”
“Semacam mood-swing begitu
ya?” komentar Chanyeol menyebutkan sebuah istilah psychology.
Baekhyun mengangguk, “tapi ini terlalu aneh kalau menurutku!”
Chanyeol setuju saja dengan gagasan itu. Pasti ada sesuatu yang sudah
terjadi pada sosok gadis itu. Atau…mungkin sedang terjadi?
“Lalu...bagaimana
sekarang?” tanya Chanyeol pada Baekhyun.
Baekhyun mendadak
tersenyum penuh arti, entah ide apa yang saat ini sedang bercokol dalam
kepalanya itu.
***
Cherlyn menghela napas lagi, matanya masih lekat terpaku pada iPhone
warna putihnya. Ia membuka kunci lalu menyentuhkan jarinya pada sebuah icon
burung berwarna biru, aplikasi twitter.
Ada beberapa notification yang
masuk, menandakan ada mention yang
ditujukan untuk dirinya.
@YoonMinRin :
Happy Birthday @dreamcatCHER I love you buddy!생일축하해요 셰엘린아!!! Can’t believe you’re now 19 y.o! you’re
just like 15!! lol
@seollii : @dreamcatCHER
happy birthday :D, hehehe what have u got on this day? ;)
@shinAhn : God
bless you @dreamcatCHER :)
@kwonAA : @dreamcatCHER
happy birthday yaaa~ semoga sisa umurmu ini bermanfaat :D
@DanniiKim :
@dreamcatCHER happy birthday Cher~ :)
@HanShiKyo :
hari ini ulang tahunnya sahabatku *poke @dreamcatCHER* dan @ikmubmik oppa.
Selamat ulang tahun kalian berdua! ^^
@fivianne :
Cher~ selamat ulang tahuuuunn!! @dreamcatCHER
@teeffany :
happy birthday @dreamcatCHER wish you all the best! ^^
@ikmubmik :
hey lil sist @dreamcatCHER ^^ today…well…I’m not gonna wish you anything like
Happy Birthday because it’s my birthday too! :p just please enjoy your day, don’t
be sad today, dear!
@siwon407 :
Woohoo! @dreamcatCHER @ikmubmik happy bornday both of you!! Have a nice day and
may God bless you guys! Love, Captain Choi~ ^^
@special1004 :
kkkkkkk hey maknae kita @GaemGyu kado ulang tahun macam apa yang akan kau
berikan pada @dreamcatCHER? XD
Napas Cherlyn terasa makin berat, matanya terasa perih ketika membaca
rentetan mention itu, dadanya pun
terasa sakit. Tapi bukan kah seharusnya saat ini Cherlyn merasa sangat senang
karena ada banyak orang yang mengingat hari ulang tahunnya? Bahagia karena
ternyata masih ada beberapa orang di dunia ini yang peduli padanya? Bukankah
seharusnya ia bersyukur dan bukan malah
bersedih?
Tak ada satupun dari mention
itu yang ia balas, bukan tanpa sebab yang jelas, tentu saja ada alasan di balik
segala sikap Cherlyn itu. Hari ini memang hari ulang tahunnya sekaligus hari
yang paling ia benci dari sekian banyak hari dalam satu tahun. Menurut Cherlyn,
tak ada gunanya merayakan ulang tahunnya, itu hanya akan membawa luka masa lalu
yang belum sepenuhnya terobati, dan Cherlyn rasa luka itu tidak akan pernah
terobati sampai kapan pun.
***
Joongki memandang wajah itu lama.
"Joongki
oppa, bagaimana kau
bisa menyiapkan semua ini?" gadis itu tersenyum sangat lebar hingga semua
deretan giginya terlihat jelas. Gigi taringnya membuat ia terlihat manis.
Joongki ikut tersenyum senang melihat senyum cerah gadis itu. Seakan-akan
hidupnya sudah lengkap asalkan gadis itu tersenyum. "Karena hari ini
adalah hari ulang tahunmu. Jadi aku menyiapkan ini," Joongki memegang
salah satu dari dua buah sepeda yang ada di hadapannya.
"Tapi kan aku tidak meminta kado seperti ini," jawab gadis itu
pura-pura cemberut. Sesungguhnya ia sangat menyukai kejutan yang disiapkan oleh
Joongki, ia selalu ingin belajar naik sepeda.
"Siapa bilang ini kado?" belum saatnya Joongki memberikan kado
ulang tahun untuk gadis itu. Ia sedang menunggu waktu yang tepat.
"Lalu?" gadis itu menelengkan kepalanya tanda ia sedang bingung.
"Ini...adalah
mission
untukmu!" terang Joongki.
"
Mission?" ulang gadis
itu masih tak mengerti. Ia memasang ekspresi yang menggemaskan.
Joongki pun berusaha mati-matian untuk tidak mencubit pipi gadis itu,
"Kalau kau bisa menaiki sepeda ini dalam waktu sehari maka kau akan
mendapatkan kado ulang tahunmu dariku, bgaimana?" tantang Joongki.
"Aaaa
oppa~" rengek
gadis itu, "
oppa kan tahu aku
tidak bisa naik sepeda?!"
Joongki mengangguk, "jadi...kau mau kado dariku atau tidak?"
Sejujurnya gadis itu tidak mengharapkan kado apa-apa dari Joongki,
keberadaan Joongki di sisinya saja sudah membuat dunianya begitu indah. Ia
tidak membutuhkan kado lain selain Joongki. Baginya, sosok Joongki adalah kakak
terbaik di dunia. Joongki selalu menemaninya kemanapun, selalu memenuhi semua
permintaannya, dan selalu setia menjaganya sampai kapanpun.
Gadis itu tidak punya pilihan lain selain menyanggupi tantangan dari
Joongki, "tapi kau harus mengajariku
oppa!
Aku tidak mungkin bisa kalau sendirian."
Joongki mengacak-acak rambut gadis itu dengan gemas, "ayo!"
Joongki memegangi sepeda itu dari belakang, sementara gadis itu berusaha
mengayuh pedal dengan kaku.
"
Oppa ini bagaimana?"
gadis itu berteriak, "aku takut jatuh,
oppa...aaaaaa,"
ia memekik ketika sepedanya oleng.
Joongki hanya tertawa terbahak-bahak di belakang.
"
Oppa pegang yang kuat!
Oppa jangan tertawa saja! Apa yang lucu,
oppa? Aaaa~
oppa awas jangan sampai kau lepaskan!
Oppa!
Oppa!"
Diam-diam, kesenangan yang tak terduga meledak-ledak dalam dada Joongki,
begitu pula pada gadis itu. Mereka begitu menikmati kebersamaan itu hingga
akhirnya Joongki melepaskan pegangannya pada sepeda yang dinaiki gadis itu.
"
Oppa kau masih memeganginya
kan?" tanya gadis itu sambil tersenyum cerah mengayuh sepedanya di sekitar
taman kecil sore itu. Matahari mulai menenggelamkan
dirinya di balik awan.
"Tentu saja aku masih memeganginya," tukas Joongki berbohong. Ia
memerhatikan betapa senangnya wajah gadis itu bisa menaiki sepeda.
"
Oppa...lihat aku
sud....aaaaaaa" gadis itu berteriak ketika menoleh dan mendapati Joongki
sedang berdiri melambaikan tangannya jauh di belakang bukannya malah memegangi
sepeda yang sedang ia naiki. "
Oppa
kau melepaskan peganganmu!!!"
Joongki berteriak, "lihatlah kau sudah bisa menaiki sepeda
sendiri!"
Gadis itu hanyut dalam tawa, merasa senang bukan main. Ia terus mengayuh
sepedanya ke depan dengan ceria. Ini adalah ulang tahun yang indah, pikirnya.
Joongki teringat akan kado yang sudah ia siapkan untuk gadis itu, ia meraih
sebuah kotak dari sakunya, kemudia segera menaiki sepedanya. Ia mengejar gadis
itu. "Cherlyn-
ah~" Joongki
memanggil nama gadis itu, "ini kado untukmu!"
Gadis yang ternyata bernama Cherlyn itu sudah sampai di seberang
jalan
raya.
Joongki pun mempercepat laju sepedanya menyeberangi jalan raya. Belum
setengah jalan, tiba-tiba ada truk pengangkut barang melaju dengan kencang dari
arah samping. Joongki yang sudah terlanjur berada di depan truk itu pun tidak
bisa menghindar. Tidak bisa dipungkiri truk itu pun menghantam Joongki dan
sepedanya lumayan keras hingga Joongki terpental beberapa meter. Darah segar
mengalir dari kepalanya, namun tangannya masih memegang erat kotak yang ingin
ia berikan pada Cherlyn.
Cherlyn pun menoleh, "OPPAAAAAA!!!" refleks ia berteriak sekencang
yang ia bisa, lantas segera turun dari sepedanya dan membuangnya ke tanah
begitu saja. Senyumnya hilang tak berbekas, sekarang ia menangis dan berlari
dengan sekuat tenaga menghampiri Joongki yang sedang terkapar di tengah jalan.
Tangisnya semakin meledak, "
oppa!
Joongki
oppa!
Oppa! Bangunlah
oppa!
Tolong! Siapa saja tolong!
Oppa
jangan mati! Kumohon
oppa! Sadarlah
oppa! Siapa saja panggil
ambulance! Cepat! Joongki
oppa, bangulah! Kumohon!" ia
meronta-ronta, mengguncangkan tubuh Joongki yang ada dalam dekapannya. Darah
segar Joongki merembes ke pakaian yang sedang Cherlyn kenakan, persetan! Ia
tidak peduli dengan hal lain, saat ini yang ia pedulikan hanyalah Joongki yang
terkapar tidak berdaya dengan lumuran darah yang hebat.
Dalam sekejap banyak orang mengerumi mereka, sepuluh menit kemudian
ambulance pun baru datang.
Pikiran Cherlyn pun berubah kalut, ia seperti orang gila menangis dan
meraung-raung memanggil nama Joongki dalam ambulance.
Sayang mereka terlambat. Joongki....sudah tak bernyawa ketika mereka sampai
di rumah sakit. Yang bisa Cherlyn lakukan hanyalah menangis. Ia sungguh
berharap sebentar lagi ia akan segera terbangun di pagi hari, di atas
ranjangnya yang empuk. Ia berharap ini hanyalah sebuah mimpi buruk yang tidak
pernah terjadi dalam kehidupan nyata. Ia tidak mau kematian Joongki sebagai
kado ulang tahun. Ia tidak bisa membayangkan dunianya tanpa Joongki, mungkin ia
tidak akan bisa hidup tanpa Joongki.
Cherlyn terduduk di lantai rumah penyimpanan abu yang dingin. Ia masih
mengenakan hanbok warna hitam, rambutnya juga masih tetap lusuh seperti
kemarin, dan ia masih tetap menangis.
Di depannya adalah kotak abu Joongki beserta foto Joongki yang sedang
tersenyum ke arahnya, membuat Cherlyn begitu merindukan senyuman itu sekaligus
membuatnya terisak semakin pilu.
Seorang polisi menghampiri Cherlyn, "permisi Cherlyn-
ssi, ini di temukan di tempat kejadian
kemarin, saya rasa benda ini adalah milik Joongki-
ssi." ia menyerahkan sebuah kotak kecil yang terdapat bercak
darah di atasnya.
Cherlyn menerimanya dengan lemah. Menangis semalaman membuatnya kehabisan
energi, bahkan untuk sekedar bernapas pun ia terlalu rapuh.
Ia hanya menatap kotak itu nanar. "Apa ini
oppa?" tanyanya pelan pada foto di hadapannya. Ia membuka
kotak itu dan detik berikutnya ia terperangah. Sebuah kalung
yang sangat indah. Lin
ontil elips dengan huruf
'J' di dalamnya. Ada selembar kertas yang dilipat delapan di dalam kotak itu.
'Cherlyn-ah~ berapa umurmu sekarang? 17 tahun?
Wah kau sudah semakin tua ya? Kkkkkkk~ ^^ Cherlyn-ah~
kau harus ingat, kelak kau akan menjalani
hidupmu sendiri, kau akan terbang jauh menembus cakrawala, kau akan menggapai semua mimpi besarmu, membuka lembar demi lembar baru tanpa
aku di sampingmu. Tapi kau tahu bahwa aku akan selalu menyayangimu, kan? Jadi...jangan kau lupakan
keberadaanku
Cherlyn-ah! Selamat ulang tahun, Choding-ku sayang ^^ Dari orang yang
selalu menjagamu, Jo Joongki.'
Cherlyn meremas kertas itu, ia membekap mulutnya, tangisnya sungguh hebat,
seluruh badannya bergetar.
"
Oppa..." rintihnya
pilu, "seperti yang kau katakan kau akan selalu ada, dan menjagaku dengan
seluruh cintamu, tapi...kenapa? Kenapa kau meninggalkanku? Kenapa kau
menginkari janjimu,
oppa?"
Cherlyn tahu ia tidak akan mendapatkan jawaban apa pun dari foto di hadapannya.
"
Oppa...kenapa kau tega
memberikan kado ulang tahun yang begitu menyakitkan?
Oppa, kau kakak yang kejam!" Cherlyn terlihat begitu
menyedihkan, siapa saja yang melihatnya pasti akan merasa kasihan.
"
Oppa, kau bilang kau tidak
mau melihatku menangis kan? Kalau begitu datanglah
oppa! Hapus air mataku...Joongki
oppa!" mungkin kalau ada orang yang melihat Cherlyn begini
akan beranggapan bahwa Cherlyn sudah gila sekarang.
Seandainya Joongki tahu bahwa Cherlyn tak ingin ia pergi meninggalkannya di
dunia ini. Seandainya Joongki tahu bahwa Cherlyn selalu ingin bersamanya.
Seandainya Joongki juga pergi membawanya. Seandainya ia tahu betapa menyesalnya
Cherlyn. Seandainya Cherlyn bisa memutar kembali waktu maka ia tak akan pernah
menyetujui tantangan Joongki, ia tak akan pernah menaiki sepeda itu hingga
membuat Joongki celaka. Tiba-tiba ia dihantui pikiran buruk bahwa kematian Joongki
disebabkan oleh dirinya.
***
“Kyuhyun-
ah!” Lee Teuk menepuk
pundak member termuda groupnya itu, “apa yang pegang itu? Sebuah...kado?” tanya
Lee Teuk penasaran dengan sebuah kotak persegi empat kecil berbungkus kertas
berwarna ungu dengan sebuah pita abu-abu cantik di atasnya.
Kyuhyun mengangguk, “hari
ini kan ulang tahun Cherlyn, jadi Sora memintaku untuk memberikan kado ini
padanya.”
Lee Teuk menangkap hal
yang janggal dari jawaban Kyuhyun barusan. “Untuk apa Sora menitipkan kadonya
padamu? Bukankan mereka tinggal dalam satu rumah yang sama? Seharusnya ia bisa
memberikannya sendiri padanya?”
Kyuhyun menggeleng, “tidak
lagi!”
“Tidak lagi? Maksudnya?”
Lee Teuk jadi bingung.
“Beberapa waktu yang
lalu Cherlyn memutuskan untuk pindah ke sebuah appartment. Sora tidak tahu
alamatnya dan ia juga sedang sibuk mengurusi bimbingan belajar ini-itu,
mempersiapkan diri untuk ujian. Jadi...,” Kyuhyun mengangkat bahu, “aku jadi
kurir sekarang.”
Lee Teuk masih tidak
percaya dengan keterangan yang diberikan Kyuhyun, seperti ada sesuatu yang
disembunyikan oleh Kyuhyun. Mungkinkan ia baru saja berbohong? Mungkinkah...kado
itu sebetulnya berasal dari dirinya bukannya dari Sora?
“Apa kau yakin kado itu
bukan darimu?” tanya Lee Teuk sekali lagi, skeptik.
“Sudahlah, jangan
mengada-ada, hyung!” Kyuhyun
memutuskan untuk tak menggubris leadernya itu, ia mengeluarkan ponselnya lalu
mendial sebuah nomor, “oh yeobosyo
Joon Myunnie,” katanya ketika
terdengar suara Suho di seberang sana, “iya ini aku Kyuhyun! Sekarang EXO-K
sedang ada jadwal di mana?”
Lee Teuk mendengarkan
pembicaraan Kyuhyun dalam diam.
“Stasiun TV KBS? Oh
baiklah terima kasih, aku hanya ingin menanyakan itu saja. Iya, sampai bertemu
lagi!” Kyuhyun menutup sambungan teleponnya.
Detik itu Lee Teuk
sadar, Kyuhyun ingin bertemu dengan gadis itu. Di mana ada EXO-K maka di situ pasti ada coordi-girl-nya, Cherlyn Jo.
***
Kai sedang berjalan di
sebuah lorong ketika ia bertemu dengan seseorang, “oh Kyuhyun sunbaenim!” ujar Kai setengah kaget, ia
membungkuk memberi hormat kemudian bertanya, “kenapa bisa ada di sini? Apakah
Super Junior sunbaenim sedang ada
acara on-air juga di sini?”
Kyuhyun hanya balas
membungkuk lalu menggeleng singkat, “kebetulan aku bertemu denganmu Kai-ya, apa kau tahu di mana Cherlyn?”
“Cherlyn noona?” Kai nampak mengingat-ingat di
mana terakhir kali ia melihat gadis itu, namun ia tidak bisa ingat sampai ia
melihat D.O melintas di sampingnya. “Kyungsoo hyung, tahu di mana Cherlyn noona?”
tanyanya.
D.O berhenti melangkah
dan memandang Kai lalu Kyuhyun, “oh Kyuhyun sunbaenim,
annyeonghaseyo,” ia pun membungkuk
memberi hormat sama seperti apa yang dilakukan oleh Kai beberapa detik yang
lalu.
Kyuhyun pun membalas
juniornya itu dengan senang hati.
“Di mana Cherlyn noona?” ulang Kai lagi.
“Ini aku mau bertemu dengannya,
barusan Baekhyun hyung meng-sms-ku
untuk menemui Cherlyn di lantai 3,” jawab D.O sejujurya, “ada apa memangnya?”
“Ah ini...Kyuhyun sunbae mencari Cherlyn noona,” ujar Kai menjawab pertanyaan
D.O, “ada apa ingin bertemu dengan Cherlyn noona?”
tanya Kai lebih pada Kyuhyun bukannya D.O.
“Hari ini adalah hari
ulang tahunnya, jadi aku membawakan sesuatu untuknya,” kata Kyuhyun sambil
tersenyum.
Mata D.O langsung
membelalak terkejut, “ulang tahun?”
“Benarkah? Kami tidak
tahu kalau hari ini Cherlyn noona
ulang tahun,” tukas Kai.
“Jadi...dia ada di
lantai 3?” tanya Kyuhyun memastikan.
Ketika D.O dan Kyuhyun
sampai di lantai 3 mereka mendapati Cherlyn yang sedang duduk sendirian, nampak
lemas seolah tak bernyawa lagi.
Ya Tuhan, apa yang
sedang terjadi pada gadis itu? Kalau memang ini adalah hari ulang tahunnya lalu
kenapa ia terlihat begitu aneh hari ini? D.O merasa sedikit aneh dengan keadaan
ini. Apa gadis itu sedang banyak pikiran? Entah bagaiamana, seperti ada sesuatu
dalam hati D.O yang mendorongnya begitu keras untuk melakukan apapun demi
meringankan semua beban yang sedang ditanggung gadis itu.
“Cherlyn-ah!” panggil D.O.
Yang dipanggil hanya
mendongakkan kepalanya dengan malas, lalu detik berikutnya sebuah senyum yang
nampak dipaksakan terukir di wajahnya. Lalu ada sebersit ekspresi kaget di sana
setelah melihat sosok Kyuhyun berdiri di samping D.O.
“Selamat ulang tahun
Cher~!” Kyuhyun tersenyum lalu mengulurkan sebuah kado yang dari tadi tak lepas
dari genggamannya.
Cherlyn hanya menatap
kado itu dengan blank. Ia sama sekali tak pernah membayangkan skenario seperti
ini akan terjadi. Seorang Kyuhyun mengucapkan selamat ulang tahun padanya? Bahkan
memberinya kado? Oh Tuhan.
Mau tidak mau Cherlyn
menerima kado itu, ia tak mungkin menolak kado itu dan mempermalukan Kyuhyun di
depan D.O. Betapa tak tahu dirinya Cherlyn bila ia melakukannya? Tapi...sebuah
kado? Di saat ulang tahunnya? Diam-diam di dalam hati Cherlyn berdo’a semoga hal yang dulu tidak terulang lagi.
D.O hanya menatap
adegan itu dengan...entahlah...ia sendiri tidak tahu bagaimana perasaannya saat
ini. Ia hanya merasa senyum yang diberikan Cherlyn ketika menerima kado itu
adalah sebuah senyum yang tidak tulus, begitu dipaksakan.
“Itu kado dari Sora,
kemarin ia menitipkan kado itu padaku karena ia tidak tahu alamat appartmenmu
dan ia sedang sangat sibuk ikut bimbingan, ia berharap semoga kau menyukai kado
kecil ini,” tukas Kyuhyun.
Cherlyn memandang kado
di tangannya. Ah, ternyata dari Sora.
“Maaf kalau aku
merepotkanmu,” ujar Cherlyn pelan.
Kyuhyun menggeleng, “bukan
apa-apa! Sekali lagi selamat ulang tahun! Semoga kau diberi panjang umur dan
semua permintaanmu terkabul. Maaf ya kalau kau tidak bisa merayakannya dengan
Super Junior karena kami juga sedang sibuk-sibuknya,” Kyuhyun terdengar tulus
ketika mengucapkan kalimat-kalimat barusan.
“Aku tidak suka
merayakan ulang tahun, kau tahu kan?” kata Cherlyn
tersenyum-masih-dengan-terpaksa. Namun sepertinya Kyuhyun sama sekali tak
menyadari hal itu, hanya D.O yang menyadari akan keganjilan dari senyum gadis
itu.
“Baiklah, tugasku
selesai! Aku harus segera kembali bekerja! Semoga harimu menyenangkan!” kata Kyuhyun.
“Oh iya, sebaiknya kau segera memberi tahu alamat barumu pada Sora,” pesan
Kyuhyun sebelum akhirnya berpamit.
Sekarang hanya ada D.O
dan Cherlyn di salah satu koridor sepi itu.
D.O duduk di sebelah
Cherlyn tanpa diminta, ia sama sekali tak mengatakan sepatah kata pun.
“Kenapa kau kemari?”
tanya Cherlyn, sekarang mereka berdua sudah bisa berbicara dengan banmal satu sama lain, mungkin karena
mereka berdua seumuran?
D.O sudah akan membuka
mulutnya untuk menjawab bahwa Baekhyun yang menyuruhnya, namun ia mengurungkan
niatnya. Pada akhirnya ia menjawab, “bukankah kau coordi-ku? Apa aku tidak boleh mencarimu?”
Tentu saja sudah jelas
apa jawabannya.
“Ada masalah apa kau
mencariku?” tanya Cherlyn dengan sangat datar, setelah bertemu dengan Kyuhyun
barusan rasanya perasaannya hari ini sudah benar-benar buruk. Lebih buruk dari
apa pun.
“Sepertinya yang punya
masalah itu kau bukannya aku,” ujar D.O tepat sasaran.
Cherlyn diam sejenak, bagaimana
pria itu bisa tahu? Apa sudah jelas sekali di dahinya tertulis dengan huruf
besar-besar bahwa ia sedang bermasalah?
“Tak penting bagaimana
aku tahu, yang penting adalah kau selalu punya kami untuk berbagi segalanya,
aku siap mendengarkan keluh kesahmu jika kau mau. Siapa tahu aku bisa
meringankan bebanmu?” tawar D.O seolah bisa membaca pikiran Cherlyn. “Asal kau
tahu saja! Aku tidak suka melihatmu tersenyum dengan terpaksa seperti tadi.”
Cherlyn mengangkat
wajahnya, memandang mata gelap itu. Oh astaga! Tidak lagi! Jantungnya mulai
berulah lagi. Ia merasakan debar jantungnya bisa mengalahkan debur ombak di
pantai, sungguh kencang menghantam karang dada kirinya. Untuk sesaat ia bisa
lupa akan dunia di sekitarnya yang masih tetap berputar mengikuti porosnya,
sekujur tubuh Cherlyn berhenti bergerak dan hanya terpaku pada sosok pria itu. Sungguh
aneh. Hanya dengan memandang sepasang mata besar itu bisa memberikan efek yang
hebat pada setiap organ yang bersemayam dalam tubuh Cherlyn.
Selebihnya tak ada yang
angkat bicara baik Cherlyn maupun D.O. Cherlyn terlihat enggan untuk membuka
mulutnya lagi sementara menurut D.O akan lebih baik jika ia diam saat ini, ia
akan bicara jika memang gadis itu sudah siap untuk bicara.
Sungguh si luar dugaan
Cherlyn, pria itu sama sekali tidak mengungkit hal yang berhubungan dengan
ulang tahunnya. Apa pria itu mengerti dengan kondisi yang sedang ia alami?
***
“Baekhyun-ah, kau bisa mendengar apa yang sedang
mereka bicarakan?” tanya Chanyeol.
Baekhyun dan Chanyeol
memang sedang mengintip D.O dan Cherlyn dari kejauhan.
“Entahlah, nampaknya
mereka tidak bicara apa-apa lagi,” seberapa pun Baekhyun memasang telinganya
baik-baik untuk menguping kedua anak manusia itu, ia tetap tak bisa mendapatkan
hasil yang memuaskan.
“Sepertinya idemu
mengirim Kyungsoo untuk mengorek informasi salah besar,” komentar Chanyeol.
“Tunggu saja dulu! Aku yakin
Kyungsoo bisa membuat gadis itu nyaman menceritakan masalahnya, lagi pula
kelihatannya Kyungsoo sudah paham dengan benar kalau Cherlyn memang sedang ada
masalah,” ujar Baekhyun setengah berbisik.
Apakah benar hal yang
diperkirakan Baekhyun akan terjadi?
:::::::::::::::::::::END OF THIS
CHAPTER:::::::::::::::::::::
Yahoooooooo~ everyone!!!!! How’s
life? Been waiting for me? Ahaha no? Alright then! So...what do you think about
this chapter? Worse than the previous chapter, ha? Okay, chill out! So sorry
for the late update of this DJ Couple story ^^v i’ve been so busy being a
turtle (?) anyway ahahaha XD hope you guys leave some advices below! Would mean
the world for me :’) thanks a lot to the admins for publishing my forever
absurd story, and much love to my beloved readers *kisses&hugs* i would be
nothing wothout you guys :’)
P.S : So so soooo sooorryyy in the introduction
chapter i made a mistake, Baekhyun and Chanyeol called D.O “hyung” tho D.O is
younger than them, i used to think that D.O was older XD LOL that was absurd~
^^v anyhow i’ve corrected my mistake in this short chapter, so i hope that you
guys are willing to forgive my silliness ahahaha *90 degree bow* kamsa~